Polemik Hilangnya Diorama Patung Bersejarah Di Makostrad, Nicholay: Saya Siap Sumbangkan Yang Baru
Diterbitkan Kamis, 30 September, 2021 by NKRIPOST
NKRIPOST, JAKARTA – Mantan Panglima TNI Jendral TNI (Purn) Gatot Nurmantyo menuding bahwa saat ini paham kiri atau paham komunisme telah disusupkan ke tubuh Tentara Nasional Republik Indonesia (TNI). Pria kelahiran Tegal, 13 Maret 1960 silam itu menyampaikan hal tersebut dalam acara webinar yang bertajuk “TNI vs PKI” yang diselenggarakan pada Minggu 26/9/2021.
Pernyataan tersebut memantik reaksi dari Letjen TNI Dudung Abdurachman yang juga saat ini menjabat sebagai Pangkostrad yang menyebut tudingan Gatot tersebut merupakan fitnah keji.
“Jadi, tidak benar tudingan bahwa karena patung diorama itu sudah tidak ada, diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI. Itu tudingan yang keji terhadap kami. Seharusnya Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo selaku senior kami di TNI, terlebih dahulu melakukan klarifikasi dan bisa menanyakan langsung kepada kami, selaku Panglima Kostrad”, jelas pria yang merupakan mantan Pangdam Jaya ini.
BACA JUGA:
Menanggapi polemik tersebut, Alumnus PPSA XVII-2011 LEMHANAS RI, Nicholay Aprilindo putra asal Timor NTT turut berkomentar. Nicholay dikabarkan siap menyumbang kembali diorama patung tersebut yakni Let.Jend.Soeharto, Kolonel Sarwo Edi Wibowo, dan Jend. A.H. Nasution, untuk kembali ditempatkan di ruang bersejarah Pangkostrad Letjend Soeharto sebagai saksi sejarah kelam Kekejaman G30S/PKI terhadap TNI-AD.
Sumbangan Nicholay Aprilindo yang akan diberikan tersebut adalah secara pribadi dari uang pribadi sebagai salah satu anak pejuang yang pada tahun 1965 Orang tuanya (ayahnya) bersama-sama dengan Jend.A.H.Nasution berhadapan langsung menghadapi PKI dengan G30S/PKI.
Sumbangan Diorama patung tersebut tidak ada tujuan politis atau bisnis atau tujuan apapun selain untuk tetap menegakkan sejarah untuk generasi muda baik sipil maupun TNI/POLRI bahwa sejarah Pengkhianatan G30S/PKI pada tahun 1965 tersebut betul-betul terjadi, bukan rekayasa TNI-AD tapi memang jelas kebiadaban PKI yang gagal pada tahun 1948 (Pemberontakan PKI Madiun), dan PKI Mencoba kembali melakukan pengkhianatan terhadap Pancasila dan NKRI melalui Gerakan 30 September 1965 yang menculik, membunuh serta menewaskan 7 Pahlawan Revolusi anti komunis.
BACA JUGA:
Peran DPD-RI Mengawal Konstitusi Dan Merawat Tenunan Kebhinekaan, NTT Butuh Sosok Nicholay Aprilindo
Nicholay Aprilindo, ingin membuktikan apabila Diorama tersebut jadi dan disumbangkan kepada Negara/TNI-AD melalui Kostrad, apakah nanti ada oknum yang keberatan dari Pangkostrad atau petinggi TNI lainnya khususnya TNI-AD. Hal ini sekaligus memperjelas polemik tersebut sehingga tidak multitafsir di tengah masyarakat.
Selain itu untuk menjawab polemik dihilangkannya Diorama patung sebelumnya yang “katanya” diambil kembali oleh pemilik/penyumbangnya yaitu Letjend TNI (Purn) A.Y. Nasution (Pangkostrad 2011), dengan alasan agama “Takut Dosa”?.
Saya ingin membuktikan dengan membuat Diorama lainnya yg sama dan saya sumbangkan ke TNI-AD khususnya KOSTRAD.
Selain itu Nicholay Aprilindo yang Alumnus LEMHANNAS RI dan juga seorang aktivis politik hukum, HAM, Keamanan (Polhukam), serta seorang Advokat/Pengacara senior, ingin mempertegas, apakah secara etika dan moral serta agama seseorang yang telah menyumbangkan sesuatu untuk bangsa dan negara ini dengan mudahnya memakai alasan “Takut Dosa” lalu menarik kembali/mengambil kembali barang sumbangan yang telah diberikannya?, Ataukah ada tendensi pengaruh politik tertentu?, ataukah ada faktor X yang mempengaruhinya?.
Sebelumnya dalam Webinar bertajuk TNI vs PKI tersebut, Mantan Panglima TNI Jendral Purnawirawan Gatot Nurmantyo menyampaikan bahwa sejumlah barang yang dihilangkan, kata Gatot, berada di Museum Dharma Bakti. Barang-barang itu berkaitan dengan penumpasan komunisme di Tanah Air. Beberapa di antaranya yakni diorama patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan AH Nasution beserta tujuh pahlawan revolusi sudah hilang.
“Saya mendapat informasi walau bagaimanapun saya mantan Pangkostrad baru akhir-akhir ini disampaikan bahwa diorama bukan hanya patung Pak Harto, patung Pak Sarwo Edhie, sama Pak Nasution, tapi juga tujuh pahlawan revolusi sudah tidak ada di sana, dan khusus di ruangan Pak Harto mencerminkan penumpasan pemberontakan G30SPKI dikendalikan oleh Pak Harto di markasnya,” kata Gatot.
Gatot menyebut insiden ini lantas membuktikan adanya kemungkinan sudah berkembangnya paham komunis di tubuh TNI. “Maka saya katakan ini kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI,” tuturnya. BR_77
PEWARTA : NKRIPOST BIRO DKI
PUBLISH BY : ADMIN PT.MEDIA KORPS NUSANTARA