Petani Bersama Aktivis Lingkungan Gelar Aksi Di Bekasi Sebut Ketahanan Pangan Gagal Akibat Proyek Tol
Diterbitkan Rabu, 5 Februari, 2025 by NKRIPOST

NKRI POST BEKASI – Aktivis lingkungan dan petani di Desa Burangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat menggelar aksi unjuk rasa terhadap pembangunan Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Japek II), Selasa (4/2/2025).
Dalam aksinya, mereka membentangkan spanduk bertuliskan, “Ketahanan Pangan Gagal Gara-Gara Tol, Proyek Tol Ini Merugikan Petani.”
Muhammad Hatta, petani setempat, mengungkapkan pembangunan jalan tol tersebut telah menyebabkan tersumbatnya aliran sungai alam. Dampaknya, sawah padi para petani kerap terendam banjir, yang mengakibatkan kegagalan panen.
“Sekitar 10 hektar sawah yang terdampak sejak dimulainya pembangunan Jalan Tol Japek II setahun lalu. Perut kami mengandalkan hasil sawah ini. Secara tidak langsung, kami dibunuh dengan dirusaknya sawah karena pembangunan tol ini. Coba bayangkan, apa gak sedih? Saya sering nangis gara-gara ini,” ungkapnya kepada Forum Jurnalis Penggiat Lingkungan.
Hatta meminta agar saluran air sungai alam dapat diperbaiki sehingga tidak lagi membanjiri tanaman padi. “Kami juga meminta ganti rugi karena sawah kami gagal panen,” tegasnya.
BACA JUGA:
Puluhan Dosen Tempuh Perjalanan Darat dari Sumbar Bergerak ke Jakarta untuk Demo Soal Tukin
Walikota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim Resmikan STBM Pademangan Barat Ajak Warga Setop BABS
Presiden Prabowo Subianto: Kalau Kita Mau Jadi Negara Maju, Pangan Harus Aman Dulu
Sementara itu, Ketua Umum AMPHIBI Agus Salim Tanjung, mengatakan bahwa kejadian ini terjadi karena pihak tol tidak melakukan kajian dampak pembangunan jalan tol terhadap lingkungan sekitar.
“Seharusnya ada kajian dan sosialisasi, sehingga masyarakat, dalam hal ini petani, tidak dirugikan,” ujarnya.
Lebih lanjut Tanjung berharap perhatian pemerintah dan aparat penegak hukum untuk jeli melihat persoalan ini.
“Aksi para petani ini menjadi potret nyata kompleksnya pembangunan infrastruktur yang kerap berbenturan dengan kepentingan masyarakat lokal, khususnya petani yang menggantungkan hidup pada lahan pertanian mereka,” tambah Tanjung. (*)