Dewan Pendidikan Sebut Ratusan Siswa SMP di Buleleng Tak Bisa Membaca: Begini Respon Dr. Iswadi, M.Pd

NKRIPOST JAKARTA – Belum lama ini, Dewan Pendidikan Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali mencatatkan temuan yang mengejutkan mengenai keterampilan membaca di kalangan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayah tersebut. Menurut laporan yang dikeluarkan, ratusan siswa SMP di Buleleng dilaporkan masih kesulitan dalam membaca dengan lancar dan memahami teks dengan baik.
Hal ini tentu menjadi sebuah keprihatinan besar bagi dunia pendidikan di Bali, mengingat kemampuan membaca adalah salah satu kunci dasar dalam proses pembelajaran di segala jenjang pendidikan.
Menanggapi masalah ini, Dr. Iswadi, M.Pd., seorang pakar pendidikan yang juga merupakan pengamat kebijakan pendidikan di Indonesia, memberikan tanggapan yang sangat serius.
Dalam wawancara khusus dengan para awak media, Dr. Iswadi mengungkapkan beberapa pandangan dan rekomendasi yang dapat menjadi solusi bagi masalah yang terjadi di Buleleng.
Menurut beliau, fenomena kesulitan membaca di kalangan siswa SMP bukanlah masalah yang sederhana dan perlu diatasi dengan pendekatan yang komprehensif.
“Masalah ini tentu tidak bisa dianggap sepele karena membaca adalah fondasi dasar bagi keterampilan akademik lainnya. Tanpa kemampuan membaca yang baik, siswa akan kesulitan dalam belajar pelajaran lain yang lebih kompleks, seperti matematika, sains, bahkan pelajaran bahasa lainnya. Masalah ini tidak hanya terjadi di Buleleng, namun juga di banyak daerah lain, terutama di daerah-daerah yang memiliki keterbatasan akses terhadap fasilitas pendidikan yang memadai,” jelas Dr. Iswadi.
Salah satu faktor utama yang dianggap Dr. Iswadi berkontribusi terhadap rendahnya kemampuan membaca di Buleleng adalah kualitas pendidikan yang tidak merata di seluruh daerah. Meskipun pemerintah telah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat SMP, tidak semua sekolah memiliki sumber daya yang memadai. Di beberapa wilayah, terutama daerah pedesaan dan terpencil, kekurangan guru yang terlatih dan fasilitas pendidikan yang memadai masih menjadi masalah utama. Hal ini, menurut Dr. Iswadi, mempengaruhi kualitas pengajaran dan kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan dasar seperti membaca.
Selain itu, Dr. Iswadi juga menyoroti pentingnya peran orang tua dan masyarakat dalam mendukung proses belajar anak-anak.
BACA JUGA:
Astaga!! Ratusan Murid SMP di Buleleng Bali Disebut Tak Bisa Membaca
Pendiri Pejuang Pendidikan Indonesia Dr. Iswadi, M.Pd. Berbicara Tentang Urgensi Sentralisasi Guru
Kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto di Politik dan Pemerintahan Dinilai Sukses
Menurutnya, banyak orang tua yang mungkin tidak memiliki keterampilan pendidikan yang cukup untuk mendampingi anak-anak mereka dalam belajar membaca di rumah. Keadaan ini semakin diperburuk dengan adanya kurangnya budaya membaca di masyarakat, yang turut memengaruhi minat baca anak-anak.
“Jika orang tua tidak menunjukkan minat baca yang tinggi, anak-anak mereka cenderung tidak tertarik untuk membaca. Ini menjadi lingkaran setan yang terus berputar,” tambahnya.
Di samping itu, Dr. Iswadi juga mengingatkan tentang peran teknologi dalam pendidikan saat ini. Dengan semakin maraknya penggunaan perangkat digital dan media sosial, banyak siswa yang lebih tertarik untuk menghabiskan waktu mereka dengan bermain game atau beraktivitas di dunia maya daripada membaca buku atau bahan pelajaran. Fenomena ini, menurutnya, perlu diwaspadai oleh semua pihak, karena jika tidak dikelola dengan baik, dapat semakin memperburuk kemampuan membaca siswa.
Namun, Dr. Iswadi juga melihat ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Pertama-tama, ia menekankan pentingnya pelatihan bagi guru-guru di Buleleng, terutama dalam hal mengajarkan keterampilan membaca yang efektif. Guru perlu diberi pelatihan yang lebih intensif terkait metode pengajaran membaca yang dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa.
“Pendidikan tidak hanya soal transfer pengetahuan, tetapi juga tentang bagaimana cara mengajarkan siswa untuk memproses informasi. Guru harus mampu menciptakan metode yang menarik dan menyenangkan agar siswa tidak merasa terpaksa saat belajar membaca,” ujar Dr. Iswadi.
Selain itu, Dr. Iswadi juga mengusulkan untuk melibatkan lebih banyak pihak dalam upaya meningkatkan minat baca anak-anak. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan program-program literasi yang melibatkan masyarakat dan orang tua. Misalnya, dengan mengadakan kegiatan membaca bersama atau mendirikan pojok baca di setiap desa. Kegiatan seperti ini dapat membantu menumbuhkan budaya membaca di kalangan anak-anak dan orang tua.
“Selain itu, saya juga menyarankan agar pemerintah daerah memberikan perhatian lebih terhadap infrastruktur pendidikan, seperti penyediaan buku-buku yang berkualitas dan sarana prasarana yang memadai. Pemerintah perlu memastikan bahwa semua sekolah, baik di kota maupun di desa, memiliki akses yang sama terhadap bahan ajar yang berkualitas,” jelas Dr. Iswadi.
Terakhir, Dr. Iswadi menekankan bahwa penanggulangan masalah ini membutuhkan kerja sama yang erat antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat. Setiap pihak harus bersinergi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan keterampilan membaca siswa. Tanpa upaya yang bersinergi dan terkoordinasi, Dr. Iswadi khawatir bahwa masalah ini akan terus berlanjut dan semakin memperburuk kualitas pendidikan di Indonesia.
Dengan pendekatan yang tepat, ia yakin bahwa masalah membaca yang terjadi di Buleleng bisa diatasi.
“Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Jika kita tidak segera menangani masalah ini dengan serius, kita akan menghadapi dampak yang lebih besar di masa depan,” ujar Dr. Iswadi menegaskan
Berdasarkan pandangan Dr. Iswadi, jelas bahwa untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan membaca di kalangan siswa SMP di Buleleng, diperlukan upaya terintegrasi dari berbagai pihak.
“Hanya dengan perhatian yang serius dan kerja sama yang kuat, Indonesia dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki dasar pengetahuan yang kuat dan mampu bersaing di era global.” Tandasnya. ***