Kemenpora Bersama KPMI Gelar Seminar Kepemudaan, Ini Pesan Asdep Esa Sukmajaya!
Diterbitkan Minggu, 24 Desember, 2023 by NKRIPOST
NKRIPOST JAKARTA – Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora) RI menggelar Seminar Kepemudaan bersama Komunitas Pemberdayaan Masyarakat Indonesia (KPMI) yang bertajuk ‘Moralitas dan Etika Pemuda Sebagai Pondasi Kuat Dalam Bernegara’ di Auditorium Gedung Dakwah Muhammadiyah Kramat Raya 49, Jakarta Pusat, Jum’at 22 Desember 2023.
Callista Lana selaku ketua pelaksana seminar dalam sambutannya pada pembukaan kegiatan tersebut berharap melalui seminar dapat memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat .
“Melalui seminar ini, kami berharap dapat memberikan sisi positif dan edukatif bersama para pembicara yang akan memaparkan berbagai topik yang relevan terkait ‘Moralitas dan Etika Pemuda dalam Berbangsa’ kami berharap acara ini dapat memberikan pemahaman baru yang dapat memicu diskusi produktif”, ujar Callista Lana, Jum’at 22 Desember 2023.
Ditempat yang sama, Asdep Karakter Bidang Pemuda Kemenpora, Esa Sukmajaya, M. Si dalam pemaparannya menekankan pentingnya pemuda dalam era kekinian memahami setiap makna yang terkandung dalam Pancasila.
“Pemuda milenial harus bisa menerapkan nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila dan merubah pola pikir menjadi lebih baik sehingga dapat beraktifitas sesuai moral agama yang dianut dan dapat menebarkan kegiatan yang positif”, ujar Esa Sukmajaya.
BACA JUGA:
Persembahan Tari Saman SMA Negeri 11 Jakarta Pukau Tamu Undangan Iranian Yalda Night Festival
Wamenag Syaiful: Identitas Keagamaan Tidak Sepatutnya Memutus Tali Hubungan Kemanusiaan
Sementara itu hadir sebagai narasumber, Pemerhati Sosial Solehudin S.Ag., M.Si menguraikan tentang Zeitgeist_(Soul of decade) (Jiwa zaman), Hegel (seorang filsuf Jerman) yang menyebut istilah ini untuk menandakan transformasi paradigma sosial yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Secara linear transformasi ini diharuskan terjadi, mengingat semakin kompleksnya kebutuhan sekaligus permasalahan yang berkutat di tengah-tengah masyarakat.
“Tipologi transformasi macam apa yang
diidealisasikan sebagai representasi sosial dan masyarakat, tipologi
yang meletakkan pemuda dan generasi muda tepat ditengah segala
policy kebijakan yang ada.” Urainya.
“Artinya pada tataran praxis pemuda
memiliki peran yang sangat krusial tidak hanya sebagai agen
perubahan, namun lebih dari itu pemuda sebagai satu entitas juga
mampu bermetamorfosa untuk kemudian menjadi eksekutor yang
dapat mempengaruhi segala kebijakan yang ada. Alur historis ini coba
kami analogikan dalam siklus akar rumput, yang mencoba untuk
memposisikan pemuda sebagai agen perubahan.” Jelasnya melanjutkan.
Menurutnya, Idealisasi pemuda harapan bangsa dan negara, tidak akan
diejawantahkan tanpa dua aspek di atas, yakni Moralitas dan Etika.
Karena moralitas, menurutnya merupakan sikap atau sifat yang harus di miliki oleh seorang pemuda.
Selain itu menurutnya, etika merupakan tindakan atau perilaku seorang manusia
yang menimbulkan penilaian terhadap apa yang dilakukan berdasarkan
aturan, norma dan tata cara.
“Etika adalah pedoman seseorang dalam menilai baik buruknya orang
lain dalam kehidupan bermasyarakat. Semua aktifitas yang ada di
lingkungan sekeliling kita memiliki aspek etika, seperti etika dalam
pergaulan, etika di sekolah atau di kampus, etika di rumah dan masih
banyak contoh etika lainnya.
Hal yang mendasar dalam beretika itu adalah tentang bagaimana cara
berperilaku, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.” Tuturnya.
Lebih lanjut, Solehudin menegaskan , moralitas dan etika pemuda sangat melekat pada nilai-nilai Pancasila,
nilai-nilai tersebut harus menjadi pandangan hidup bagi seluruh
generasi muda.
“Secara kualitatif, pemuda lebih kreatif, inovatif dan memiliki idealisme
yang murni, secara kuantitatif, pemuda sangat dinamis dan memiliki energi besar dalam melakukan perubahan sosial.” Ujarnya.
“Pemuda akan lebih bersifat kreatif
untuk melakukan pergerakan ketika dihadapkan dengan kondisi atau
suasana yang rumit, terdapat banyak masalah yang di hadapi yang
tidak kunjung terselesaikan.” Tambahnya.
Di satu sisi, dikatakannya, ketika pemuda berada pada zona aman, artinya suasana di sekitarnya terlihat nyaman dan tenteram tidak ada masalah serius yang dihadapi, pemuda akan cenderung diam dan pasif, tidak banyak
berbuat, tidak ada kreasi bahkan apatis, karena mempertahankan
kenyamanan dari zona aman yang ia rasakan.
“Padahal baik dalam kondisi banyak permasalahan ataupun kondisi
tanpa masalah serius, pemuda dituntut lebih banyak bergerak dalam
membuat perubahan yang lebih baik, lebih produktif dan lebih kreatif
dalam memikirkan ide-ide perubahan untuk lingkungan, untuk
masyarakat dan untuk bangsa yang lebih baik.” Ucap Solehudin.
“Diam dan pasif inilah yang mereduksi hakikat sebenarnya dari seorang pemuda.” Tegasnya mengakhiri.
Tampak kegiatan Seminar ini diikuti 200 orang peserta yang terdiri dari unsur mahasiswa dan pelajar berusia 18-30 tahun ini dihadiri Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra Himatul Aliyah S. SOS., M.Si. sebagai narasumber seminar.***