Resensi Buku : Ahmad Sahroni Anak Priok Meraih Mimpi
Diterbitkan Selasa, 12 Januari, 2021 by NKRIPOST
Nkripost, Jakarta – Ahmad Sahroni adalah politisi asal partai Nasdem yang sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI mengaku tidak pernah bermimpi punya buku biografi dikarenakan merasa kurang kuat membaca dan berdasarkan pengetahuannya waktu sekolah dulu buku biografi cuma ditulis untuk tokoh tokoh hebat seperti Presiden bahkan para pahlawan.
Kalimat tersebut bisa kita dapatkan dari kata pengantar Ahmad Sahroni dalam buku bergenre biografi tentang perjalanan singkat lika liku hidupnya diberi judul “ Ahmad Sahroni Anak Priok Meraih Mimpi”. Lebih lanjut Sahroni mengungkapkan bahwa Fenty Effendy yaitu penulis buku tersebutlah yang membuatnya bersedia untuk meneruskan membuat sebuah buku biografi.
Fenty Effendy merupakan penulis berdarah Minang kelahiran Pekanbaru bukanlah orang baru dalam pekerjaan menulis biografi. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan pasca sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia ini telah banyak menulis biografi tentang tokoh tokoh terkenal. Karya karyanya antara lain : Karni Ilyas Lahir Untuk Berita (2012), Titik Balik Bima Arya (2013) dan lainnya juga bisa diketahui informasi lebih lengkap tentang Fenty Effendy dalam lembar terakhir buku Ahmad Sahroni Anak Priok Meraih Mimpi dalam Bab Tentang Penulis.
Fenty Effendy berhasil meyakinkan Ahmad Sahroni dengan mengatakan bahwa beliau bisa saja hanya menjadi generasi ketiga pedagang nasi padang di sekitaran Tanjung Priok Jakarta Utara mengikuti jejak nenek dan ibunya. Buku inilah yang akan berkisah tentang orang orang hebat dalam perjalanan hidup Ahmad Sahroni sehingga bisa terhindar dari jadi pedagang nasi padang.
Buku ini sudah dicetak sebanyak empat kali dengan cetakan pertama pada 2013, cetakan kedua pada 2014 dilanjutkan dengan cetakan ketiga pada 2017 dan edisi revisi pada tahun 2018. Terkesan sebagai buku yang “mewah” dengan desain sampul dan tata letak isi yang elegan dan bahan kertas yang tidak murahan.
Fenty Effendy menyebut menulis biografi Ahmad Sahroni bukan sekedar menata kata kata agar disukai oleh pembaca tetapi adalah membukukan harapan terinspirasi dari kisah Karni Ilyas yang terkesan dengan anak muda yang baru dikenalnya. Karni Ilyas sewaktu merantau ke Jakarta tahun 1970-an juga pernah tinggal di Tanjung Priok dan tidur di bawah gerobak nasik milik kerabatnya mirip penggalan hidup Ahmad Sahroni.
Ibu kandung Ahmad Sahroni memang generasi kedua penjual nasi Padang di Pelabuhan Tanjung Priok. Setelah tamat SMA, nasibnya juga bisa terpaku disitu. Ke Sekolah ia mengayuh sepeda atau membonceng di sepeda motor temannya. Akan tetapi Ia pernah menjabat ketua OSIS pertanda teman teman melihat potensinya sebagai panutan, namun sejak masih berseragam putih abu abu, Roni sudah bekerja sebagai sopir.
Buku ini bercerita tentang sekelumit perjuangan hidup Ahmad Sahroni dimulai dari nol , masa kecil sampai pergaulan dalam situasi lingkungan Tanjung Priok yang rentan dengan kriminalitas, narkoba dan minuman keras, pendidikan keras dari dua perempuan yang disebut oleh buku ini sebagai perempuan perkasa yaitu nenek dan ibu kandungnya ditambah dengan ketat dan displin didikan kakaknya. Begitupun dengan pergaulan Ahmad Sahroni dengan teman temannya hingga bisa bergabung dengan klub mobil mewah pada masa itu.
Titik balik yang berusaha ditonjolkan dalam buku ini adalah kesabaran dan kerja keras Ahmad Sahroni hingga sampai kepada titik suksesnya, masa masa tersulit direndahkan sebagai orang suruhan seperti di usir dari ruangan kantor yang ber AC ketika sedang beristirahat yang berhasil dikisahkan dengan baik dalam buku ini menjadi motivasi sangat besar bagi Ahmad Sahroni sehingga bisa membangun usaha sendiri berikut dengan lika likunya, kata kuncinya adalah “Setiap Hari Adalah Belajar” hingga pertemuan dengan Enggartiasto Lukita yang membawanya masuk dalam dunia politik kemudian bergabung dengan Partai Nasdem, jadi adalah lumrah juga Surya Paloh Ketua Umum Partai Nasdem memberikan tulisan pendapatnya tentang Ahmad Sahroni dalam bagian buku ini.