Mengenang S Parman , Pahlawan Revolusi Yang Menjadi Korban G30S PKI
Diterbitkan Rabu, 2 Oktober, 2024 by NKRIPOST
JAKARTA, NKRIPOST – S Parman, memiliki nama lengkap Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman, dikenal banyak masyarakat Indonesia sebagai pahlawan revolusi yang menjadi korban keganasan tragedi G30S PKI.
S Parman juga dikenal sebagai seorang pahlawan revolusi yang menentang gerakan hingga terjadinya tragedi G30S PKI.
Tak hanya sebagai pahlawan revolusi dan tragedi G30S PKI, S Parman juga ternyata gigih dalam mengenyam pendidikan dan dalam pertahanan negara.
Dikutip dari akun tiktok kutipanmotivasi, Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman merupakan salah satu pahlawan revolusi Indonesia dan tokoh militer yang berjasa besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pertahanan negara.
Beliau lahir pada 4 Agustus tahun 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah sebagai anak keenam dari sebelas bersaudara.Ayahnya, Kromodihardjo adalah seorang pedagang di Pasar Wonosobo yang sangat berkeinginan agar anak-anaknya bisa mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya.
BACA JUGA:
Soekarno Nekat Nikahi Siti Oetari Diusia 16 Tahun, Tersiar Sempat Dianggap Kafir Gegara 2 Benda ini!
Yuk Intip Kisah Cinta Soekarno dan Fatmawati, Dari Guru dan Murid Jadi Pasangan Suami Istri
S Parman menyelesaikan pendidikannya di his Hollandsch Inlandsche School atau Sekolah Dasar Belanda di Wonosobo.
Kemudian, ia melanjutkan ke Mulo Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau Sekolah Menengah Pertama di Yogyakarta.
Setelah itu, rencananya adalah melanjutkan ke AMS Algemeene Middelbare School yang setara dengan tingkat SMA.
Namun, setelah ayahnya meninggal dunia pada tahun 1937, S Parman terpaksa tidak bersekolah selama hampir dua tahun dan membantu ibunya berdagang di Pasar Wonosobo.
Setelah menemukan kesempatan yang tepat, ia kembali melanjutkan sekolahnya di AMS sesuai dengan harapan dan cita-cita ayahnya. Namun, impian S Parman untuk menjadi seorang dokter harus terhenti, akibat invasi Jepang pada tahun 1942.
Saat berada di Wonosobo, beliau bertemu dengan polisi militer Jepang, Kempetai yang membutuhkan seseorang yang bisa berbahasa Inggris sebagai penerjemah.
S Parman yang fasih berbahasa Inggris kemudian diikutsertakan oleh Kempetai hingga ke Yogyakarta.
Meskipun membantu Jepang, rasa nasionalismenya tetap tinggi , dan beliau tetap berhubungan dengan teman-temannya yang berjuang diam-diam melawan penjajah. Beliau turut bergerilya di luar kota selama agresi militer dua, dan kemudian mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan di Koninklijke Militaire Academy di Breda, Belanda.
Pada tahun 1951, S Parman dikirim ke sekolah polisi militer di Amerika Serikat untuk mendapatkan pelatihan lebih lanjut.
Setelah itu, pada tanggal 11 November di tahun yang sama, beliau diangkat menjadi komandan polisi militer Jakarta. Karirrnya terus menanjak dan beliau menduduki berbagai posisi di Polisi Militer Nasional Haki dan Departemen Pertahanan Indonesia.
Selanjutnya, Siswondo Parman dikirim ke London sebagai atas militer di Kedutaan Indonesia.Pada tanggal 28 Juni, dengan pangkat Mayor Jenderal, beliau diangkat menjadi asisten pertama dengan tanggung jawab untuk intelijen bagi staf angkatan darat, Letnan Jenderal Ahmad Yani.
Pada masa itu, PKI atau Partai Komunis Indonesia mulai hampir menguasai seluruh bidang kenegaraan, dan pihak PKI mendesak presiden Soekarno untuk membentuk angkatan kelima yang dipersenjatai oleh buruh dan tani.Namun, S Parman menjadi salah satu yang paling keras menolak rencana pembentukan angkatan kelima ini.
Mengingat pengaruh PKI yang semakin meluas, dan dugaan adanya rencana PKI untuk menggulingkan kepemimpinan Presiden Soekarno.
Sebagai seorang pejabat intelijen yang mengetahui banyak tentang PKI, S Parman menjadi sasaran utama PKI.
Pada dini hari tanggal 1 Oktober tahun 1965, S.Parman diculik oleh gerombolan G30S PKI yang dipimpin oleh Hermasatar dari resimen Cakrabirawa.
Beliau dibawa ke Lubang Buaya dan mengalami penyiksaan yang sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhirnya.
Jasadnya ditemukan pada tanggal 4 Oktober 1965 dan dimakamkan dengan upacara kenegaraan pada tanggal 5 Oktober tahun 1965 di Taman Makam Pahlawan Kalibata. (Hops )