Ngaku Intelijen KPK, Pria Ini Diduga Tipu Masyarakat Dan Jemaat dengan Iming-iming Bantu Bangun Gereja
Diterbitkan Rabu, 8 Maret, 2023 by NKRIPOST
NKRI POST, SOE – Bernadus Sabneno, Masyarakat desa Fatumnasi Kecamatan Fatumnasi Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengaku menjadi korban penipuan yang di duga dilakukan oleh seseorang yang bernama Fransiskus Marang, S.Sos mengaku sebagai anggota Badan Intelijen DPP Komisi Pengawasan Korupsi (KPK Tipikor).
Diketahui Melalui Kartu Tanda Anggota (KTA) yang ditunjukan dan sesuai pengakuannya kepada Bernadus Sabneno, jika Fransiskus Marang, S.Sos berprofesi sebagai anggota Badan Intelijen DPP Komisi Pengawasan Korupsi ini, diduga melakukan penipuan dikarenakan datang dan menjanjikan akan membantu jemaat dan masyarakat untuk mendapatkan hibah sebesar 3 Miliar Rupiah. Namun, hingga kini janji Fransiskus belum juga ditepati.
Naasnya, melalui sebuah kwitansi tanda terima, Bernadus Sabneno yang mengaku telah menyerahkan sejumlah uang kepada Fransiskus Marang ini akhirnya merasa kecewa dan tertipu karena dalam Proses hibah yang ditawarkan oleh Fransiskus Marang hanya janji dan belum ditepati hingga sekarang. Padahal uang senilai Rp.33.180.000,00 sebagai syarat uang proposal, telah diserahkan kepada Fransiskus Marang.
Dihubungi media ini, Bernadus Sabneno mengatakan bahwa Fransiskus Marang diketahui sekitar bulan Februari tahun 2023. Datang ke rumah Martinus Bay dan Lasarus Bay untuk merekrut ke duanya menjadi anggota KPK, serta membicarakan bantuan listrik dan jalan bagi masyarakat.
Setelah datang kedua kalinya, Fransiskus minta untuk menjemput Bernadus Sabneno ke rumah Martinus Bay. Terjadilah pertemuan dengan membicarakan bantuan listrik dan jalan. Tidak hanya itu, Fransiskus juga berjanji membantu dana hibah untuk gereja sebesar 3 Milyar.
Bahkan untuk meyakinkan Bernadus Sabneno, Fransiskus mengajak mereka pergi ke gereja untuk melakukan survey dan pengukuran.
“Jadi waktu dia datang pertama kali di rumahnya Martinus Bay, nanti saat datang ke dua baru jemput saya dan omong mau bantu pembangunan gereja,” ujar Bernadus.
Lanjut Bernadus, “Usai melakukan survey dan pengukuran, Fransiskus Marang kemudian menjelaskan bahwa gereja harus dibangun ulang dan pagar keliling. Karna itu perlu ada gambar oleh arsitek dan juga pembuatan RAB dan proposal. Fransiskus kemudian minta uang sebesar Rp.33.180.000 kepada Bernadus Sabneno yang diambil dua kali dengan (bukti kwitansi)”, Kata Bernadus
BACA JUGA:
Puluhan Kades Di Tahan Pengadilan Tipikor Kupang Akibat Maling Dana Desa, Begini Tanggapan KPK
Kasus Korupsi Bawang Merah Malaka Resmi Diambil Alih KPK dari Polda NTT
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata Di Minta Baca Lagi UU Tipikor, Ini Alasannya
Usai mendapat uang, Fransiskus tidak lagi datang ke Fatumnasi. Selain berjanji memberikan dana hibah, Fransiskus juga berjanji akan membawa 4 orang dari Fatumnasi ke Jakarta untuk bertemu dengan Kementerian Agama, Ketua DPR RI dan Presiden.
“dia janji mau bawa kami ke Jakarta untuk ketemu pejabat tapi uang tiket harus sediakan 80 juta”, Jelas Bernadus.
Setelah sadar jika ini adalah dugaan penipuan, Bernadus Sabneno mulai berkoordinasi untuk melakukan proses hukum. Rencananya akan melaporkan hal ini ke Polres TTS untuk ditindak lanjuti.
Kabar soal bantuan ini kemudian sampai ke telinga ketua Majelis Jemaat Efata Gereja Punuf, Pendeta Vidi Taniu. Namun Fransiskus Marang enggang bertemu sang pendeta.
Saat dikonfirmasi, Pendeta Vidi mengaku dirinya kaget saat jemaatnya sudah menyerahkan uang ke Fransiskus. Ia kemudian mendapatkan informasi bahwa Fransiskus mau bawa 4 anggota jemaat ke Jakarta. Karna itu, tanpa pemberitahuan dirinya bertemu dengan Fransiskus.
“Saya ketemu dia tanpa pemberitahuan. Waktu ketemu itu saya sempat adu mulut dengan dia karena saya curiga ini penipuan. Karena dia jawab saya kasar dan tidak jawab pertanyaan makanya saya buat laporan ke Pemerintah desa untuk lacak siapa dia” Jelas Pendeta Vidi.
Dirinya menyesalkan kenapa hal seperti ini terjadi. Seharusnya jika ada orang yang mau bantu, sebagai ketua majelis Jemaat ia harus tau namun justru sebaliknya ia tidak tau karna pertemuan dilakukan diam-diam.
“Harusnya jika ada orang yang mau bantu, saya sebagai ketua majelis Jemaat harus diberitahukan. Bukan diam-diam, melakukan hal tanpa sepengetahuan saya’ Ucap Pendeta Vidi
Sementara itu Kepala Desa Fatumnasi, Afred Imanuel Bay mengatakan setelah adanya persoalan barulah dirinya tau.
“Dia datang langsung ke rumah Martinus Bay, sehingga saya tidak tau. Setelah muncul persoalan ini baru saya tau.” Pungkasnya
“Saya tau kejadian ini, setelah sudah ada persoalan. Untuk itu, saya harap agar semua masyarakat ketika ada hal-hal seperti ini untuk dapat berkordinasi dengan pemerintah atau tentang urusan yang berkaitan dengan gereja wajib diketahui oleh ketua Majelis Jemaat. Apalagi oknum yang datang ini, membawa simbol Negara seperti KPK” Harap Kades Afred Bay.
( * M@u*).
https://youtube.com/shorts/FHFJYMReHO8?feature=share