Kepulauan Batu: Indah Alamnya, Menangis Hatinya : Oleh : Onesius Gaho
Diterbitkan Kamis, 23 Oktober, 2025 by NKRIPOST

Oleh : Onesius Gaho (FB : @Onesh Gaho), Putra Daerah Kepulauan Batu
Mungkin bagi Anda yang belum pernah berkunjung ke Kepulauan Batu, Nias Selatan, Sumatera Utara yang terdiri dari tujuh kecamatan, akan muncul pertanyaan: apa sebenarnya keunggulan dari kepulauan ini?
Kepulauan ini memiliki lebih dari seratus satu pulau yang tersebar, masing-masing dengan pesonanya yang luar biasa. Keindahan alamnya bahkan tidak kalah dengan Pulau Dewata, Bali. Namun di balik keelokan pantai dan birunya laut, terdapat kehidupan masyarakat yang penuh ketangguhan. Mereka bekerja keras, entah dengan mengarungi laut untuk mencari ikan, atau mengolah tanah untuk berkebun.
Hasil alam Kepulauan Batu sesungguhnya sangat berlimpah. Ironisnya, justru banyak pihak di luar kepulauan ini yang lebih menikmati kekayaan tersebut. Di tengah keindahan alam dan potensi sumber daya yang besar, masyarakat lokal masih bergulat dengan kemiskinan.
Kesejahteraan mereka masih jauh dari kata layak. Berbagai perusahaan telah hadir, begitu pula deretan vila-vila megah milik orang asing. Namun, pertanyaannya: apakah kehadiran mereka sungguh membawa manfaat bagi masyarakat setempat? Apakah rakyat Kepulauan Batu turut menikmati hasil dari tanah kelahiran mereka sendiri?
Belum lagi, Kepulauan Batu yang terdiri dari tujuh kecamatan ini menghadapi banyak persoalan yang segera harus dituntaskan.
Dimulai dari pembangunan infrastruktur yang masih sangat minim. Jalan-jalan di berbagai wilayah belum mendapatkan perhatian yang memadai, banyak yang rusak, pecah di sana-sini, bahkan tak jarang membuat kendaraan cepat rusak.
Kemudian, status tanah masyarakat pun masih menjadi persoalan yang belum tuntas. Banyak isu dan dugaan yang beredar bahwa sebagian besar tanah masyarakat belum memiliki sertifikat kepemilikan. Ada yang mengatakan bahwa tanah di Kepulauan ini tidak dapat disertifikatkan meskipun ini baru dugaan, namun tetap menjadi perhatian serius yang menyentuh hati kita semua.
Yang lebih memprihatinkan, fasilitas kesehatan di Kepulauan Batu masih sangat jauh dari kata baik.
Bayangkan, ketika seorang ibu hamil yang tidak bisa melahirkan secara normal harus dioperasi, ia harus dirujuk ke Gunungsitoli, dengan jarak tempuh yang amat jauh dan waktu perjalanan yang tidak singkat. Tidak sedikit ibu-ibu hamil yang kehilangan nyawa karena keterlambatan penanganan medis akibat jarak dan minimnya fasilitas.
Di tujuh kecamatan yang ada, rumah sakit memadai belum tersedia, dan dokter spesialis kandungan pun tidak ada.
Penulis berharap ke depan, setiap kecamatan di Kepulauan Batu dapat memiliki dokter spesialis, agar ketika terjadi keadaan darurat, tindakan medis bisa segera dilakukan, tanpa harus kehilangan nyawa yang berharga.
Masih banyak lagi persoalan lain yang perlu menjadi perhatian bersama. Kepulauan ini sudah layak mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat.
Maka, kepada seluruh masyarakat, mari kita merenung.
Kepada para tokoh dan pemimpin daerah, mari kita bertanya kepada hati nurani: ke mana kita hendak membawa Kepulauan Batu?
Tuhan telah memberkati kepulauan ini dengan alam yang indah dan sumber daya yang melimpah. Tinggal kini, apakah kita mau berpikir lebih jauh untuk kemajuan, atau justru tetap berpikir di tempat?
Sekali lagi, Mari Merenung…
