Kapusbimdik H. Susari: Kemenag Siapkan Beasiswa Untuk 40 Orang Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Khonghucu
Diterbitkan Minggu, 21 Januari, 2024 by NKRIPOST
Kehadiran agama-agama di Indonesia, kata Budi Tanuwibowo di sambut dengan penuh keyakinan.
“Agama begitu banyak kita kenal Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Khonghucu tapi ada Sinto drakrian, dan lainnya mereka datang ke Indonesia tanpa ada setetes darahpun yang mengalir semua diterima dengan baik.”
“Bahkan seorang teman yang kebetulan tinggal di Lombok pernah cerita kepada saya bahwa suatu ketika di sebuah apartemen yang ditinggali para lansia terjadi kebakaran, seluruh asisten rumah tangga dari seluruh negara apakah itu dari Malaysia, Filipina dari negara-negara lain pada turun bergegas ketika kebakaran terjadi di apartemen tersebut. Tapi asisten rumah tangga dari Indonesia belum turun-turun dan mengkhawatirkan orang-orang yang ada disekitar area kebakaran tersebut ternyata mereka bukan terlambat turun tetapi ketika turun sambil menggendong majikannya yang tidak bisa jalan karena sudah sepuh, sudah tua.” Lanjutnya.
Budi juga menyampaikan, Agama hadir bukan untuk bukan untuk saling dipertentangkan tapi hadir untuk sama-sama berbuat dan menebar kebajikan.
“salam dalam agama Khonghucu “Wai Te Tung Tian” yang diterjemahkan secara adem hanya oleh kebajikan Tuhan berkenan atau disingkat salam kebajikan. Tapi kalau mau diterjemahkan secara leter lek hanya oleh kebajikan hati Tuhan bergetar, itu bahasa bombastisnya sehingga kebajikan lah yang harus kita kembangkan terus menerus kepada siapapun.” Kata Budi.
“Islam hadir bukan hanya untuk umat Islam tapi Rahmatan lil aamiin, Rahmat bagi semua alam. Kristen Katholik mengasihi kepada siapapun termasuk musuh-musuhnya. Semoga semua makhluk bukan hanya manusia ikut bahagia, jadi kalau pemerintah dan kita semua menggerakkan, menggelorakan seminar-seminar tentang moderasi beragama, sebenarnya kita perlu bertanya ke dalam diri, ada apa dengan bangsa ini. Kenapa bangsa ini tidak sadar bahwa agama itu ya seharusnya moderat, karena agama untuk semua manusia yang berbeda apapun termasuk suku, agama dan yang lain ada penerimaan yang berbeda, tapi kenapa harus digelorakan lagi, ada something wrong dalam Bangsa ini yang perlu kita evaluasi. Ketika pemerintah menggelorakan itu artinya ada persoalan bahwa kehidupan keberagamaan kita belum sebagaimana seharusnya. Ini sekarang penting dan harus dilakukan untuk mencegah apa yang tidak baik itu terus berkembang, tapi nanti tolok ukurnya kalau bangsa kita sudah pulih seperti zaman ketika saya kecil adalah ketika seminar-seminar ini tidak perlu lagi dibicarakan pada masyarakat yang benar-benar sudah kodrat. Dan itulah yang harus kita kejar agar seminar ini benar-benar terasuk dan kita kembali pulih seperti jiwa asli Bangsa Indonesia.” Tuturnya lebih lanjut.
BACA JUGA:
Kakanwil Kemenag DKI Jakarta Ajak Kampanyekan Moderasi Beragama: Indeks Toleransi Meningkat
Wamenag Syaiful Terus Gaungkan Moderasi Beragama Lintas Agama: Tebar Kebajikan Bagi Sesama
Diberitakan sebelumnya, Wamenag Syaiful Rahmat Dasuki dalam sambutannya mengatakan bahwa agama yang tersebar di Indonesia ini tidak ada unsur keterkaitannya dengan adat budaya Nusantara, namun semuanya bisa diterima dan di yakini oleh semua orang indonesia.
“Agama -agama yang ada di Indonesia ini bisa terjadi karena emang leluhur-leluhur kita ini adalah orang- orang yang selalu menerima dan mau berkomunikasi dengan siapa saja. Mulai datangnya agama Budha, agama Hindu agama Islam sampai agama Khonghucu juga dan Kristen Katholik, ini adalah agama-agama yang tidak ada unsur keterkaitannya dengan Indonesia atau Nusantara ini. Tapi agama-agama ini menyebar sampai Nusantara dan diterima dan diyakini oleh sebagian dan seluruh umat beragama yang ada di Indonesia karena memang pada hakekatnya orang-orang tua kita, leluhur -leluhur kita sangat moderat dalam meyakini keyakinan masing-masing,” ungkap Wamenag Syaiful, Sabtu (20/1/2024).