Ini Anak Soekarno yang Beragama Non Muslim, Yuk Intip Profil dan Kariernya
Diterbitkan Kamis, 5 Oktober, 2023 by NKRIPOST

NKRIPOST JAKARTA – Tak semua agama yang dianut oleh putra-putri presiden pertama RI Islam, Soekarno, ada pula yang non muslim.
Dari 11 anak-anak Soekarno, ada satu yang memilih tidak sejalan apa yang dianut Soekarno dengan memilih menjadi non muslim.
Uniknya, sebelum menjadi non muslim, Islam adalah agama pertamanya sebelum akhirnya memilih berbeda dari Soekarno.
Lantas siapa anak Soekarno yang memilih menjadi non muslim? Yuks simak.
Sosoknya adalah Diah Mutiara Sukmawati Soekarnoputri, putri dari pernikahan Soekarno dengan Fatmawati.
Sukmawati sejak lahir memeluk agama Islam, namun memilih pindah ke Hindu di usia 70 tahun pada 2021 lalu.
Tentu memilih alasan mendasar, Sukmawati memilih Hindu lantaran memiliki keterkaitan dengan neneknya, Ida Ayu Nyoman Rai.
“Bali dengan Hindu, dan seni budaya itu cukup kental. Kurang lebihnya setelah tidak terikat dengan orang-orang yang dekat dengan Islam, kemudian ibu lebih dalami Hindu, karena ibu pikir sudah waktunya proses ini ibu beralih memeluk agama leluhur,” papar Sukmawati beberapa tahun lalu, seperti pernah dimuat suaramerdeka.com pada 27 Oktober 2021 lalu.
Kala proses perpindahan agamanya ke Hindu, Sukmawati melakukannya dengan upacara Sudhi Wadani di Sukarno Center Heritage di Bale Agung Singaraja di Pulau Bali.
BACA JUGA:
Biografi
Sukmawati lahir pada 26 Oktober 1951 dari 5 bersaudara alias adik kandung dari Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Sukmawati mengikuti jejak ayah dan saudara-saudaranya yang bergelut di dunia politik tanah air dengan menghidupkan kembali PNI Marhenisme pada 1998.
Tak hanya aktif di politik, Sukmawati juga pecinta seni. Tak heran jika sosoknya kerap bergelut bersama para seniman tanah air.
Pada tahun 2011, Sukmawati pernah menulis karya buku tentang kisah 15 tahun hidupnya saat berada di Istana Merdeka dengan judul ”Creeping Coup D’Tat Mayjen Suharto”.
Dalam bukunya, Sukmawati mempercayai adanya kudeta yang dilakukan oleh Soeharto bersama kroninya dengan kedok Surat Perintah 11 Maret 1966.***