Ilmu Sebagai Perisai Hidup
Diterbitkan Minggu, 16 Oktober, 2022 by NKRIPOST
Ilmu Sebagai Perisai Hidup
Oleh Nursalim, M.Pd
Anggota Persatuan Muballigh Batam Provinsi Kepulauan Riau.
Persoalan bangsa Indonesia yang multidimensi yang menimpa bangsa kita ini, mulai dari krisis moral, krisis ideologi, krisis ekonomi, dan lain sebagainya, marilah renungkan firman Allah berikut ini:
“Dan sungguh kami uji kalian dengan sedikit rasa ketakutan, lapar, kekurangan harta benda, jiwa, buah buahan.
Dan berilah kabar gembira orang orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang ditimpa musibah, mereka mengatakan ‘Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Mereka itulah orang yang akan mendapatkan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang mendapatkan hidayah.”
(QS Al-Baqarah: 155-157) .
Menyimak dari ayat tersebut maka bisa kita mendalami bahwa kehidupan manusia itu selalu berubah-ubah. Romantika kehidupan selalu berjalan sesuai bergulirnya waktu, terkadang kita temui kemudahan dalam segala bidang, tetapi di sisi lain kita temukan kesulitan hidup tentang waktu.
Di satu saat kita dalam kesedihan, tiba-tiba bisa menjadi gembira.
Semua dinamika ini dinamakan sebagai ujian dari Allah subhânahu wa ta’âlâ agar iman kita bisa menjadi tebal, kedekatan kita kepada Allah akan selalu bertambah.
Dalam kitab matan al-Kharidah al-Bahiyyah, Syekh Ahmad Dardir mendendangkan sebuah syair:
“Dan bersyukurlah atas nikmat-nikmat Allah, dan bersabarlah atas cobaan – cobaan-Nya.”
Nyanyian relegi ini menjelaskan tentang tugas kita, agar pintar bersyukur atas karunia Allah. Anugerah yang diberikan tidak membuat kita terlena tentang bagaimana cara menggunakan nikmat tersebut secara baik dan benar.
Begitu juga sebaliknya.
Pada waktu kita diberi cobaan oleh Allah, tugas kita sebagai muballigh adalah bersabar.
Kita harus selalu ber-husnudzan kepada Allah.
Kita perlu yakin, Allah akan memberikan kemudahan kepada kita, mungkin saja nanti atau di kemudian hari.
Allah berfirman:
Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan.”
(QS As-Syarh: 5-6).
Di ayat ini, Allah mengulangi tentang kebersamaan antara kesulitan pasti akan ada kemudahan, itu pasti.
Bahkan Allah mengulangi sampai dua kali. Kita tidak boleh meragukan firman Allah ini.
BACA JUGA:
Keistimewaan Dan Kemukjizatan Al-qur’an Sebagai Pedoman Hidup Ummat Islam
Mahasiswa STIT Muhammadiyah Asean Kupas Tuntas Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
Kenali Ciri – Ciri Perilaku Manusia Kategori Penjilat
Dalam sebuah hadits qudsi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radliyallâhu anh, Allah berfirman:
“Allah bersabda, Aku ciptakan kesulitan satu, tetapi di situ pula aku ciptakan dua kemudahan.”
Sekarang ini, di antara kita mungkin sedang bertani, namun gagal panen.
Atau panen sukses tapi harganya tidak sesuai harapan. Yang menjadi pelajar, nilai yang diperoleh kurang sesuai harapan. Yang kerja kantor, ada masalah di kantornya. Yang berdagang ditipu orang.
Hal tersebut bisa saja menimpa kita.
Di saat-saat demikian, kita tetap harus menata hati untuk memosisikan Allah pada dugaan yang selalu baik.
Kata Allah dalam hadits qudsi menyebutkan:
“Aku itu berada pada posisi dugaan hamba-Ku kepada-KU.”
Maksudnya, jika kita meyakini Allah tidak akan bisa menyelesaikan masalah kita, masalah kita pun tidak akan kelar. Apabila kita yakin bahwa Allah bisa menyelesaikan urusan kita yang menurut ukuran kita itu sangat rumit,
Allah pun akan menyelesaikan problem tersebut dengan skenarionya yang indah.
Maka yang patut kita panjatkan kepada Allah bukan kalimat:
“Ya Allah, masalahku sungguh besar.” Bukan.
Namun, dengan kalimat “Masalah! Allah-ku maha paling besar.” Seberapa besar masalah kita, Allah lebih agung daripada masalah kita.
Perihal kesulitan, dari Ibnu Mas’ud menyebutkan:
“Demi Allah, seandainya kesulitan, keterpurukan, kegagalan itu berada dalam suatu lubang, pasti kemudahan akan mencarinya hingga bisa merangsek masuk.
Dan kesulitan tidak akan bisa mengalahkan kemudahan. Dalam arti, kemudahan pasti akan menang.”
Solusi terbaik menghadapi hidup adalah optimism.
“Optimisme merupakan sumber keilmuan, apa saja.”
Mari kita bangun optimisme, sembari sambil membenahi kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita, kita evaluasi sikap kita, kinerja kita, dengan tetap mengutamakan doa, munajat kepada Allah subhânahu wa ta’âlâ yang rajin, shalat malam, supaya masalah kita diselesaikan oleh Allah dengan cara-Nya yang indah, insyaallah kita akan diberikan jalan keluar dari aneka krisis tersebut.
Rasulullah shallalâhu alaihi wa sallam bersabda :
“Sebaik-baik ibadah adalah menanti kegembiraan.”
Yang dimaksud Rasulullah shallalâhu alaihi wa sallam kira-kira adalah optimisme menyambut datangnya kebahagiaan itu merupakan ibadah yang agung. Bagaimana kalau tidak agung apabila semua umat muslim di muka bumi ini berputus asa, tidak ada yang mau berusaha. Padahal putus asa merupakan suatu hal yang harus kita hindari. Lawan kata putus asa adalah optimisme, keyakinan yang tangguh.
Pesan Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya yang disebutkan dalam al-Quran:
“Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir.”
(QS Yusuf: 87) .
Dengan demikian, ada beberapa pelajaran yang perlu kita petik dari kultum Subuh kali ini:
Pertama, semua orang akan dipenuhi rasa jika tidak sedang bahagia, maka dia sedang berduka.
Jika bahagia, sikapnya harus bersyukur, jika berduka harus bersabar. Kedua, berdoa atau memohon kepada Allah dengan penuh optimisme itu sangat penting.
Jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu Muhammad tentang Aku, maka sesungguhnya Aku sangat dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.
(QS Al – Baqarah: 186) .
Dalam cerita Nabi Yunus saat dia ditelan oleh ikan, berkat doa yang ia panjatkan, Allah kemudian mengabulkan. Dzin Nun atau yang terkenal dengan nama Nabi Yunus pun akhirnya bisa keluar dari perut ikan.
Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Said bin Abi Waqash adalah:
“Doa Nabi Yunus ketika berada di perut ikan yang besar adalah ‘Lâ ilâha illâ anta, subhânaka innî kuntu minadh dhâlimîn.’ Tidak ada seorang muslim satu pun yang berdoa memakai kalimat itu kecuali dikabulkan doanya.”. Ketiga, pentingnya berhusnudhan kepada Allah ta’âlâ. Berprasangka baik merupakan kunci kebahagiaan, Keempat, bagi orang yang sedang dirundung duka, penuh cobaan hidup, hendaknya memperbanyak doa dan berdzikir mengingat Allah .Itulah pentingnya menuntut Ilmu agama.(*)