Pertamina yang Sedang Sakit
Diterbitkan Jumat, 13 Mei, 2022 by NKRIPOST
NKRI POST – Tahun ini pipa gas milik PT Pertamina meledak di Prabumulih Sumatra Selatan pada Senin (9/5) yang menyebabkan 2 warga terluka parah.
Kejadian tersebut seperti sudah di anggap biasa dan lumrah, padahal sebelumnya di awal tahun pada tanggal 4 Maret 2022 Kilang Pertamina area Revinary Unit (RU) V Pertamina Balikpapan mengalami kebakaran, tercatat di tahun 2022 saja sudah dua kali insiden.
Meledaknya pipa di Prabumulih mengingatkan kita di tahun 2021 sudah 3 kali kilang minyak Pertamina mengalami kebakaran, padahal banyak hal yang dirugikan dari insiden tersebut, selain selalu menelan korban luka dan korban jiwa, Pertamina mengalami kerugian secara materil dan non materil.
Kebakaran dan Ledakan Minyak
Cukup disayangkan kejadian yang terjadi di tahun 2022 seolah tidak menjadi pelajaran dan evaluasi serius terkait insiden ledakan atau kebakaran yang terjadi di beberapa lokasi kilang milik PT Pertamina. Sebut saja dimulai dari tahun 2011 tangki yang berisi minyak ringan HOMC (High Octane Mogas Component) terbakar di 3 Kilang Cilacap 2. Tidak tanggung-tanggung kerugian di taksir mencapai US$ 30 juta dan merenggut tiga korban jiwa.
Insiden selanjutnya terjadi pada 15 Agustus 2019 di Kilang Balikpapn di salah satu titik area Kilang RU V Balikpapan, upaya pemadaman hingga mengerahkan 4 unit mobil pemadam dan 1 unit trailer foam. Dan nampaknya sudah bisa diprediksi ternyata di susul tahun berikutnya kembali terjadi kebakaran. Awal tahun 2020 tepatnya pada 9 April kebakaran terjadi di Central Procesing Plant (CPP) Proyek Pengembangan Gas Jawa (PPGJ) Blok Gundih, Cepu, Blora. Api yang di duga berasal dari aktivitas stabilisasi pasca asdanya gangguan di area thermal oxidizer (TOX). Kasus ini cukup terkenal di banyak pemberitaan, hingga banyak beredar video yang merekam kejadian kebakaran api dan asap hitam muncul dari salah satu cerobong setinggi 50 meter.
BACA JUGA:
54 Unit Kapal Perikanan Di Cilacap Terbakar
SPBU Salembaran 34-15511, BBM Pertamax di Duga Tercampur Air Banyak Pemotor Mogok
Entah tidak menjadi pelajaran ternyata kecerobohan dan insiden kebakaran dan kebocoran sudah seperti di anggap biasa. Terbukti terjadi kebakaran sebanyak 3 kali di tahun 2021, dimulai di Kilang RU VI Balongan, Indramayu yang terjadi pada tangki T-301G pada 29 Maret, insiden tersebut mengakibatkan 4 warga mengalami luka bakar dan sekitar 950 warga di ungsikan keberbagai lokasi terdekat seprti Pendopo, Islamic Center, dan GOR Perumahan Patra.
Selanjutnya di tahun 2021 dua kali Kilang Cilacap mengalami insiden kebakaran di tangki T-205 area 39 yang berisi benzena yang merupakan bahan baku petrokimia esensial. Kebakaran saat itu memakan waktu 40 jam untuk di padamkan. Kejadian terakhir di 2021 terjadi di lokasi yang sama yaitu Kilang Cilacap pada tanggal 13 November. Kebakaran di Refinery Unit (RU) IV tangki 36T-102 berisi komponen Pertalite sebanyak 31.000 kiloliter.
Berulangkali kebakaran dan ledakan di Kilang PT Pertamina dan terjadi sudah terjadi sebanyak dua kali di 2022 membuat kita geleng-geleng kepala, pasalnya ini bukan satu atau dua kali kejadian namun malah menimbulkan banyak keanehan, di usianya 100 tahun pertamina semakin menunjukan kelalaiannya. Kejadian yang sudah terjadi sangat perlu di tanggapi dengan serius. Pasalnya sejumlah kebakaran yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya merupakan salah satu indikasi kelalaian pertamina dan abai terhadap keamanan kilang. Deretan kasus tersebut hanya terus menerus kegiatan investigasi dan evaluasi tanpa ada efek jera dan pembelajaran. Tentu Pertamina sebagai sebuah Perusahaan yang besar perlu dengan serius menangani terjadinya kebakaran dan ledakan.
Sederet Kasus dan Kerugian
Kasus yang terjadi ditubuh Pertamina semakin hari semakin menggelitik, selain banyaknya kasus dugaan korupsi yang begitu banyak Pertamina juga terus mengalami kerugian. Saking banyaknya kasus di Pertamina kita bahkan seolah tidak banyak tau tentang hal itu. Entah memang sengaja tidak di angkat atau memang masyarakat yang tidak paham bahwa ada problem besar di depan kita. Kasus korupsi yang terjadi sudah lama dengan berbagai dugaan dan kontroversinya mulai dari isu korupsi pertamina yang dikaitkan dengaan Soeharto, kasus korupsi petinggi Pertamina, Tanah Pertamina, Dapen Pertamina, Dana Pensiun, Dana CSR, Kasus Suap Proyek TEL, Pertamina Foundation, Blok BMG, dan masih banyak kasus korupsi yang perlu dikaji dan di usut secara adil dan serius.
BACA JUGA:
Masyarakat Langensari: Pertamina Bohong, Janji Palsu
Menteri BUMN Erick Thohir Sweeping Toilet Pom Bensin Hingga Terbitkan SE, Pertamina: Terimakasih
Melihat PT Pertamina sebagai sebuah perusahaan besar tentu kasus-kasus tersebut membuat dahi kita mengerenyut, bagaimana tidak. Selain insiden kebakaran, di susul dengan kasus korupsi dan suap yang begitu banyak Pertamina juga terus-terusan merugi. Kita mulai yang paling dekat di Semester I tahun 2020 Pertamina mengalami kerugian tak tanggung-tanggung sebesar Rp. 11 Triliun yang disinyalir disebabkan oleh penurunan penjualan produk Pertamina pada masa pandemin COVID-19. Mata uang Rupiah yang terdepresiasi cukup dalam sepanjang semester I membuat Pertamina merugi selisih kurs dan pelemahan ICP yang merefleksi penurunan harga minyak dunia.
Selanjutnya kita bandingkan di tahun berikutnya yaitu Semester I 2021, Pertamina sudah mengalami kerugian, mengacu pada volume penjualan tahun 2021 maka potensi kerugian Pertamina dari penjualan BBM Ron 90 mencapai Rp. 37 triliun hingga 97 triliun. Sementara dari penjualan BBM RON 92 mencapai Rp. 14 triliun sampai 20 triliun. Belum lagi dari bisnis Elpiji Pertamina mengalami kerugian sekitar Rp. 291 miliar. Meski harga Pertamax naik Pertamina masih mengalami kerugian di tahun 2022. Kerugan dihitung lantaran Pertamina tidak sampai hati menaikan nilai jual pertamax sesuai keekonomiannya di angka Rp. 1.6000.
Beberapa masalah kerugian dan kasus tentunya bukan hal yang main-main, perlu di analisis dan di teliti secara seksama bahwa ada masalah besar di PT Pertamina, mulai dari kebijakan dan tentu para elit Pertamina yang membawa arah nahkodanya. Miris dan sangat disayangkan perusahaan sebesar Pertamina.
Sudah semestinya PT Pertamina berbenah dan berkaca dari kesalahan-kesalahan sebelumnya. Semoga Pertamina lekas sembuh dan pulih.
Penulis: Sandy Firman Ramdhani S.Sos.
TONTON JUGA: