Kesaksian Gatot Ungkap Tawaran Ketum Demokrat, Caranya Bikin Istighfar
Diterbitkan Minggu, 7 Maret, 2021 by NKRIPOST
Nkripost, Jakarta – Kudeta atau pengambil alihan pimpinan Ketua Umum Partai Demokrat belakangan diketahui sebagai proyek besar. Karena sebelum dilakukan oleh Moeldoko, Gatot Nurmantyo mengaku pernah ditawari Ketum Demokrat melalui proyek kudeta tersebut.
Mantan Panglima TNI itu mengaku pernah mendapatkan tawaran untuk menjabat sebagai Ketum Demokrat namun dengan cara yang tak lazim. Atas tawaran tersebut, Gatot mengaku menolak jabatan Ketum Demokrat dengan cara yang tidak lazim baginya dilansir dari video yang diunggah dalam akun IG-nya yang centang biru, @nurmantyo_gatot, Minggu (7/3/2021).
Artinya diperkirakan selain Gatot juga ada tokoh-tokoh besar lain yang diduga mendapatkan tawaran serupa seperti Gatot dan lainnya. Namun Gatot tidak mengungkap siapa saja yang mendapatkan tawaran serupa.
Atas tawaran tersebut, Gatot menjelaskan jika tawaran tersebut tentu akan menjadi daya tarik bagi siapapun yang mendapatkannya. Menurutnya, Siapa yang tidak mau menjadi Ketum Demokrat?, namun, ada etikanya bukan dengan cara tersebut.
“Saya bilang terima kasih, tetapi moral dan etika saya tidak bisa menerima dengan cara seperti itu. Akhirnya…. Saya bilang sudahlah, tidak usah bicara itu lagi,” katanya dalam wawancaranya melalui kanal Youtube.
Adanya proyek kudeta Demokrat sendiri merupakan kondisi politik nasional yang benar adanya, semuanya berubah dengan menjalankan cara-cara yang tidak sesuai demi kekuasaan. Bahkan cara tersebut sudah sangat menyimpang dari Pancasila.
“Masalah politik….. Contohnya yang sekarang inilah, Demokrat mau diambil… Jadi ngapain kita cape-cape bikin partai, iya kan. Kita tunggu sajalah, nanti kita rebut dengan cara seperti ini, seperti ini. Ya, sekarang-sekarang ini. Inikan kan politik yang tidak sehat seperti ini. Kemudian saya katakan, politik kita sudah menyimpang dari Pancasila,” kata Gatot.
Pancasila yang dimaksud Gatot yakni sila Keempat, dimana politik di tanah air sudah tidak lagi menjunjung kata Musyawarah. Sehingga keputusan yang diambil berdasarkan voting sehingga bisa saja menimbulkan adanya money politik.
“Jadi musyawarah itu sudah tidak ada. Voting. begitu voting, money politikcs pasti bisa terjadi. Anda bisa bayar… Inilah, penyimpangan ini… Musyawarah memang cape, tapi kalau kita betiga, ada yang mau makan sate, satunya mau mi, satunya mau steak. Diskusi kan gitu. Kalau voting…. Udahlah, (kalau) sepakat, enak gitu” katanya.
Moeldoko yang telah melakukan pengambil alihan posisi Ketua Umum Demokrat yang secara sah saat ini dijabat oleh Agus Harimurti Yudhoyono, membuat banyak pertanyaan di tengah masyarakat. Gatot sendiri enggan berkomentar terkait opini masyarakat yang muncul terhadap langkah kudeta yang telah dijalani Moeldoko.
Gatot justru bercerita saat dirinya mendapatkan tawaran proyek Kudeta Demokrat, dengan rincian sistem yang akan dijalankan. Atas dasar desakan bahwa Gatot telah digadang menjadi Ketua Umum Demokrat yang tentu cukup menggiurkan.
“Tetapi, banyak yang bertanya. Bapak juga digadang-gadang menjadi… (ketua umum)… Saya bilang, siapa sih yang tidak mau. Partai (Demokrat) dengan perolehan suara 8 persen, partai besar.. Ada juga yang datang sama saya.”
Respons Bapak? Cecar Bang Arief. “Datang… Bagaimana prosesnya? Nanti kita bikin KLB. KLB, terus bagaimana? Nanti yang dilakukan adalah kita mengganti AHY dulu, mosi tidak percaya, agar AHY turun. Setelah AHY turun baru kita pemilihan. Begini, bengini. Oh begitu ya,” pungkas Gatot.(hops)