Mengenal Inovasi Pengolahan Sampah Organik Berbasis Maggot BSF Sebagai Solusi Pakan Alternatif Bersama M. Hamdani
Diterbitkan Rabu, 15 Desember, 2021 by NKRIPOST
https://youtu.be/0N6AzNtJhiA
Wawancara Eksklusif: Mengenal Inovasi Pengolahan Sampah Organik Berbasis Maggot BSF Sebagai Solusi Pakan Alternatif Bersama M. Hamdani
NKRI Post, Asahan – Berbicara tentang maggot BSF (Black Soldier Fly) apa sih sebenarnya. untuk mengetahui apa itu maggot BSF, media NKRI Post secara mewawancarai secara eksklusif M. Hamdani yang merupakan seorang penggagas inovasi pengolahan sampah organik tersebut tepatnya di jalan Sisingamangaraja Selasa 14 /12/2021sekitar pukul 16.30 wib.
Kepada media M.Hamdani menerangkan bahwa awalnya banyak yang belum tahu apa sih Maggot BSF? “Maggot BSF adalah sejenis larva yang biasa di sebut belatung namun bukan belatung dari lalat hijau pemakan bangkai, tapi maggot ini adalah sejenis larva dari jenis lalat (Black Soldier Fly) atau lalat tentara hitam karena wujudnya berhelm warnanya hitam hampir menyerupai tawon, jadi maggot inilah prajurit yang kita budidayakan untuk mengolah sampah organik,”tutur M.Hamdani.
Inovasi yang dilakukan Hamdani, menurutnya Ia dapatkan dari berbagai kegiatan pelatihan yang Ia ikuti.
“Saya dapatkan ini dari pelatihan-pelatihan yang saya lakukan yang tolak ukurnya adalah sebagai solusi selain kebersihan lingkungan, maggot ini merupakan pakan alternatif untuk peternak unggas dan jenis ikan air tawar, merupakan sampel Alhamdulillah sudah kita laksanakan dengan bantuan Kadis Lingkungan Hidup Kabupaten Asahan Agus Jaka Putra Ginting dan beliau yang telah menjembatani program saya ini dan Alhamdulillah melalui beliau lah Bupati Asahan H.Surya Bsc sudah mengunjungi PAM kami.”Ujarnya .
“Bupati Asahan H.Surya Bsc melihat saat itu adanya sebuah program yang inovatif sekali dari sampah yang selama ini menjadi sebuah masalah, dengan hadirnya BSF ini bisa menjadi hal yang bermanfaat bukan hanya untuk kebersihan lingkungan, inilah yang saya buat di kabupaten Asahan ini di situasi pandemi covid-19 ini bagaimana mengubah sampah yang awalnya menjadi sebuah masalah mendatangkan keberkahan khususnya untuk para peternak dan pembudidaya ikan,” terang M. Hamdani.
Kegiatan yang menurutnya merupakan salah satu solusi ramah lingkungan ini, Hamdani berujar telah mendapatkan dukungan dari Bupati Asahan.
“Jadi pakan alternatif yang di ciptakan dari maggot BSF itu Alhamdulillah di kunjungi Bupati Asahan, di lihat sampel nya saat itu sudah saya lakukan di 300 ekor ayam kampung bedagi, dan Alhamdulillah saat itu Bupati Asahan H.Surya Bsc sangat mensuport dan ingin program kami ini bisa di kembangkan di segala produksi, bukan lagi home industri.”Jelasnya.
Dengan Inovasinya yang sangat inovatif tersebut Hamdani berharap dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Asahan.
“Dengan adanya sampel itu sebagai wujud nyata yang bisa kami lakukan di situasi pandemi covid-19, mudah-mudahan apa yang telah di sampaikan Bupati Asahan untuk membantu program kita ini, saya berharap bisa terwujud dan benar-benar bisa terealisasi di masyarakat khususnya di kota kisaran kabupaten Asahan karena saya bukan hanya ingin mewujudkan Asahan yang bersih dari sampah, namun juga dari sampah itu saya berharap dan bercita-cita bisa mensejahterakan para peternak dan pembudidaya ikan.”Imbuhnya.
Selain itu Hamdani menguraikan tentang berbagai macam jenis Maggot BSF yang menurutnya sangat besar manfaatnya.
“Banyak program-program dari maggot BSF ini bukan dari bidang perikanan dan peternakan saja karena sampah yang di olah oleh maggot tadi itu akan meninggalkan residu atau yang di sebut dengan kasgot, kasgot itu bisa di gunakan untuk pupuk organik.
Beda dengan program-program kompos, sampah itu di buat di cacah untuk di jadikan fermentasi, untuk menjadi kompos memakan waktu kurang lebih tiga bulan tapi dengan adanya maggot itu sangat jauh jarak waktunya , kalau sampah 1 ton yang kita ambil dari pajak bak-bak sampah pajak kisaran kemudian di cacah dan kita olah kemudian di taburkan benih-benih maggot BSF tadi sampah 1 ton itu akan habis dalam satu malam hanya oleh maggot 500 kg, jadi maggot 500 kg dua kali lipat beban berat maggot itu akan habis sampah itu.”Urainya.
“Bayangkan kalau kita buat pupuk kompos akan memakan waktu tiga bulan jadi Alhamdulillah dari sampel yang kita lakukan itu sudah lengkap ada ternak di situ, sehingga Bupati melihat pada waktu itu merupakan sebuah hal yang luar biasa dan patut di kembangkan, dan beliau pada saat itu berharap program kita terus di tingkatkan, namun mungkin saat sekarang ini banyak harapan-harapan yang saya tunggu karena saya dan kawan-kawan tidak bisa berbuat sendiri, kita butuh mesin yang pada saat ketika kunjungan Bupati beliau menanyakan alat yang ada di Dinas Lingkungan Hidup yang pada saat itu baru sekedar mesin pencacah, karena untuk budidaya maggot ini lebih maksimal mesinnya mesin blender/pembubur yang saat itu Bupati berjanji kepada kami untuk mendukung penuh kedepan, karena bukan hanya terciptanya kabupaten Asahan ini bersih tapi maggot juga bisa bermanfaat untuk menghemat biaya pakan bagi peternak unggas dan pembudidaya ikan jenis air tawar,” jelasnya lebih lanjut.
Kemudian Hamdani memaparkan, Maggot BSF ini juga dapat menjadi solusi bagi para peternak.
“Perlu juga kita ketahui kalau siklus maggot BSF ini berawal dari lalat yang di budidaya, di letakkan dalam kandang jaring, kawin, bertelur kemudian telurnya kita tetapkan jadi baby maggot, dari telur ke baby maggot membutuhkan waktu 7 hari, baby maggot ke maggot (belatung remaja) juga 7 hari, setiap 7 hari mengalami metamorfosis sampai Minggu ketiga menjadi maggot dewasa inilah saatnya di berikan peternak, pakan ternak yang umumnya membutuhkan biaya pakan 5 sak/100 ekornya bisa menghemat 50% yaitu cukup membeli dua setengah karung.”Tegas Hamdani.
“Maggot BSF ini mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi bahkan lebih tinggi dari tepung ikan, oleh karena itu ini merupakan hal yang sangat menarik dan bukan hanya menjanjikan namun karena dalam berternak dari hasil pengalaman yang kita lalui, maggot ini dulu yang kita kondisikan populasinya baru bisa di imbangkan dengan jumlah ternak agar nantinya tidak timbul permasalahan karena salah satunya maggot ini bisa mengurai kotoran yang ada di bawah kandang ayam, bagaimana bisa berternak tapi ramah lingkungan.
Saat kunjungan Bupati Asahan beberapa waktu yang lalu beliau menyarankan kepada saya dan kadis waktu itu, ini jangan di buat nama kandang ayam tapi di buat nama “Villa Ayam Asahan” karena beliau tidak mencium aroma bau kotoran ayam sama sekali, melainkan aroma buah Nenas karena saat itu kami menggunakan limbah buah Nenas yang busuk yang kami dapat dari para pedagang buah Nenas yang saat itu banyak tertimbun, jadi saat ini kita sedang menantikan sebuah ukuran tangan Bupati agar membuat nyata program kita dan mendukung sepenuhnya, karena ini bukan hanya bercerita kebersihan lingkungan saja tapi juga ke depan bercerita tentang kesejahteraan para peternak dan pembudidaya ikan air tawar.”Ucapnya.
“Bahkan satu hal yang pernah saya sampaikan pada pertemuan itu, target saya pengolahan sampah organik ini tidak lagi berada di masing-masing bak sampah tapi kita adakan posko-posko di masing-masing titik-titik pajak atau pasar yang ada di kisaran jadi sampah itu langsung di blender/di bubur di situ baru kemudian di bawa ke tempat pengolahan sampah atau TPS3R tinggal pengolahan untuk di urai oleh maggot, inilah harapan dan program-program yang saya sampaikan ke depan semoga ini akan segera terwujud,” M.Hamdani mengakhiri.
Kabiro: Nurlaili.