Respon Cepat Bupati Solok Epyardi Asda, Keluhan Petani Harga Tomat Anjok, Temui Kementrian Perindustrian
Diterbitkan Senin, 1 Juli, 2024 by NKRIPOST
NKRIPOST, AROSUKA – Bupati Solok, Epyardi Asda respon keluhan petani tomat di Kabuiaten Solok. Setelah beredar berita di bedia sosial, ada nya petani yang diduga membuang tomat hasil panennya ke dalam jurang di kawasan Alahan Panjang, Kabupaten Solok akibat harga tomat, hasil tani mereka anjlok di pasaran.
Hasil panen petani melimpah tapi harga anjlok ditambah lagi kondisi jalan yang macet di Sitinjau Lauik dan daerah lainnya.
Menyikapi hal tersebut, Bupati Epyardi Asda pun bertindak cepat. Dia langsung menemui Kepala Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Andi Rizaldi di Jakarta, Senin, 01 Juli 2024.
Pada kesempatan tersebut juga dilakukan menandatangani Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Solok dengan (BSKJI) dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing industri kecil dan menengah.
Pada kesemoatan tersebut Bupati Epyardi Asda, menyampaikan kondisi petani di Kabupaten Solok.
“Saya ingin menyampaikan bahwa beberapa waktu kemaren petani mengeluhkan harga yang anjlok bahkan tomat hasil panen mereka terpaksa dibuang. Ini selain karena harga, juga karena akses transportasi yang macet parah di sejumlah daerah,”ucapnya.
Lebih lanjut dikatakannya dengan adanya kerja sama dengan Kementerian Perindustrian, melalui BSKJI itu diharapkan memberikan solusi bagi petani di Kabupaten Solok.
“Kami sangat yakin akan ada solusi untuk masyarakat kami. Apalagi adanya delapan balai (BSKJI) yang bisa bekerja sama dengan kami. Contohnya dengan bentuk kemasan, rasa, atau kerja sama dengan BPOM sehingga industri hilirisasi,”ujarnya.
Kepala Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Andi Rizaldi mengatakan kontribusi industri pengolahan non migas masih memberikan kontribusi terbesar dibanding sektor lainnya, yaitu sebesar 17,47% dengan share terbesar diberikan oleh sektor makanan dan minuman sebesar 6,97%.
BACA JUGA:
Bupati Solok, Epyardi Asda Laksanan Shalat Hari Raya Terakhir Sebagai Bupati Solok
“Dengan melihat potensi daerah di daerah Sumatera Barat, masih terbuka peluang sektor yang dapat dikembangkan untuk dapat mendongkrak kontribusi industri pengolahan non migas dari sektor lainnya termasuk dengan tomat. Sehingga bisa diandalkan pengembangan hilirisasi produknya sehingga memberi nilai tambah yang tinggi,”ucapnya.
Lebih lanjut dikatakan Andi Rizaldi, untuk mengatasi fluktuasi harga tomat, BSKJI sudah melakukan penelitian dan kajian tentang pengolahan tomat, lebih lanjut dengan kerjasama Pemerintah Kabupaten Solok dengan BSKJI, pihaknya akan melakukan pelatihan pengolahan tomat kepada para petani tomat di Kabupaten Solok.
“Saya berharap dan yakin IKM Kabupaten Solok dapat semakin berdaya saing. Kami memiliki sejumlah balai yang memiliki keahlian dan teknologi yang dapat disinergikan program dan kegiatannya dengan program dan kegiatan Pemerintah Daerah Kabupaten Solok seperti yang disampaikan pak bupati tadi,” ujarnya menambahkan.
Diungkapkannya, BSKJI di bawah Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, perumusan, penerapan, pemberlakuan dan pengawasan standardisasi industri, optimalisasi pemanfaatan teknologi industri, penguatan industri hijau, dan penyusunan rekomendasi kebijakan jasa industri.
Guna membidik sasaran pertumbuhan industri manufaktur sebesar 5,80% di tahun 2024, Kementerian Perindustrian telah menyiapkan sejumlah langkah strategis dan hal ini tertuang dalam program prioritas pada tahun 2024. Diantaranya adalah program penerapan, pemberlakuan dan pengawasan SNI wajib, program pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis kompetensi, hilirisasi industri, program restrukturisasi mesin dan peralatan kepada pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM), serta implementasi industri 4.0.
Terkait dengan aksi buang tomat yang diduga dilakukan oleh petani, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Solok Kenedi Hamzah mengungkapkan, hasil pembahasannya bersama kelompok tani, terungkap bahwa kejadian ini sering terjadi ketika harga tomat anjlok.
“Ini karena petani sudah memanen tomat mereka dan dibawa ke pasar sayur tetapi tidak ada yang membeli maka mereka membuang demi hanya untuk menyelamatkan petinya. Sebagian petani memilih tidak memanen tomatnya dan membiarkan busuk dilahan, supaya tidak menambah biaya, setidaknya bisa jadi pupuk organik,”tuturnya.
Ini berkaitan dengan harga tomat cukup lama tinggi karena daerah Padang Panjang dan Tanah Datar tidak bisa menanam tomat karena faktor bencana termasuk juga daerah sentra lainnya kurang menanam.
“Maka petani Solok banyak menanam. Sekarang kita over produksi sehingga harga anjlok. Termasuk di Jawa juga ikut panen. Dulu harganya sempat Rp 12 ribu Tapi sekarang harga di petani kita Rp 700 dan RP 1.200 di pedagang,”ucapnya.
Dijelaskan Kenedi, diperlukan pola tanam dimana penerapannya bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya lahan secara optimal, efektif dan efisien untuk menghindari risiko kegagalan panen dalam sistem usaha tani karena hanya mengusahakan satu jenis tanaman saja dalam satuan waktu tertentu. (Nazwir Koto)