NKRIPOST

NKRIPOST – VOX POPULI PRO PATRIA

Astaga!! Kasus Bunuh Diri di Indonesia Terus Meningkat

Listen to this article

Diterbitkan Kamis, 9 November, 2023 by NKRIPOST

Ilustrasi

NKRIPOST JAKARTA – Kasus bunuh diri di Indonesia telah mengalami peningkatan dan ramai diperbincangkan di media sosial.

Beberapa kejadian yang menarik perhatian di media sosial X adalah tentang seorang pria asal Bandung, Jawa Barat, yang diduga bunuh diri dengan melompat dari menara setinggi 40 meter.

Selain itu, beberapa hari sebelumnya, juga ditemukannya jasad mahasiswa kedokteran UNAIR yang diduga melakukan bunuh diri karena merasa lelah memenuhi keinginan orang tuanya.

Dikutip dari website Pusat Informasi Kriminal Nasional, pada Rabu, 8 November 2023, penemuan kasus bunuh diri di Indonesia telah mengalami meningkat sejak awal 2023.

Salah satu kasus yang terjadi di Sumatera Utara pada Maret 2023 yang melibatkan seorang remaja berusia 18 tahun, yang mengambil tindakan bunuh diri karena orang tuanya tidak memenuhi dapat keinginannya akibat keterbatasan ekonomi.

Lokasi kejadian bunuh diri antara Januari hingga Mei 2023 meliputi perumahan, pemukiman (74%), area kebuh, sawah, dan peternakan (13,3%), serta lokasi lainnya (12,6%).

Untuk itu, di hari Kesehatan Mental Sedunia pada 10 Oktober 2023, Komnas Perempuan mengeluarkan siaran pers tentang “Pentingnya Layanan Kesehatan Mental yang Terjangkau untuk Perempuan” sebagaimana dikutip dari website Komnas Perempuan pada Rabu, 8 November 2023.

Komnas Perempuan menyatakan sekitar 20% dari total populasi Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa penduduk mengalami gangguan jiwa, namun masih belum memiliki layanan kesehatan jiwa yang aksesibel di tingkat provinsi.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua individu dengan masalah gangguan jiwa mendapatkan perawatan yang seharusnya.

Jumlah psikiater sebagai tenaga profesional dalam pelayanan kesehatan jiwa hanya 1.053, sehingga setiap psikiater harus melayani 250 penduduk.

Selama periode Januari – Juni 2023, Polri melaporkan adanya 663 kasus bunuh diri di Indonesia, dibandingkan dengan 2021 yang berjumlah 486 kasus.

Komnas perempuan juga menerima laporan tentang kasus seorang perempuan yang mengalami KDRT berulang dan kemudian meninggal karena bunuh diri.

KDRT dapat menjadi ‘silent killer’ yang berpotensi berujung pada tindakan bunuh diri jika tidak ditangani.

BACA JUGA:

Ancam Akan Bunuh Tetangganya, Pemuda di Sei Kasih Diamankan Polsek Bilah Hilir

Gawat!! Warga Papua Ancam Bakar Kantor KPU Provinsi Papua Pegunungan, Bila KPU RI Tidak Turun Tangan Selesaikan Ini!

Astaga, Anggota Polisi Di Kepulauan Seribu Dikabarkan Tewas Bunuh Diri Dengan Pistol Rekannya 

Selain KDRT, beberapa perempuan juga mengalami gangguan jiwa karena kekerasan seksual.

“Fakta di lapangan kita melihat bahwa banyak perempuan korban kekerasan seksual yang belum mendapatkan layanan psikolog untuk pemulihan trauma psikologis yang mereka alami. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya; jumlah psikolog dan atau psikiater yang sangat terbatas,” Komisioner Komnas Perempuan, Bahrul Fuad.

Untuk itu, Komnas Perempuan berupaya mendorong Kementerian Kesehatan RI memperkuat layanan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dengan layanan kesehatan yang mencakup layanan psikologis bagi perempuan korban kekerasan berbasis gender termasuk kekerasan seksual.

Untuk mengatasi masalah bunuh diri ini perlu kesadaran dari diri sendiri.

Seperti dilansir tim dari kanal YouTube Menjadi Manusia pada Rabu, 8 November 2023 dr. Jiemi Ardian, seorang psikiater dari Rumah Sakit Siloam Bogor menyarankan untuk melakukan pemeriksaan diri jika merasa ada yang bermasalah dengan diri sendiri.

“Ketika kamu merasa merasa ingin mengakhiri hidup, cari pertolongan. Ketika beban itu terasa begitu berat, kenapa harus kita berusaha nangung sendiri?,” ujar dr. Jiemi.

Namun, seringkali orang mencari bantuan dari psikiater atau psikolog ketika keadaannya sudah sangat buruk.

“Kerusakan keseharian yang kita alami, sudah terlalu banyak, tidak layak sama sekali membiarkan diri kita tersakiti sebegitu banyak baru mencari pertolongan. Ketika rasa sakit yang kita tanggung sudah terlalu banyak, terlalu berat, baru mencari pertolongan, pemulihannya pun akan akan lebih panjang, akan lebih sulit,” pungkas dr. Jiemi.

Dr. Jiemi menekankan bahwa jika pikiran dan perasaan yang mengganggu berlangsung dalam waktu yang lama, misalnya dua minggu, penting untuk mencari bantuan profesional. Menunggu tidak akan membuat segalanya menjadi lebih baik, malah dapat menyebabkan dampak dan kerusakan yang lebih besar.

Hilangkan rasa ketakutan untuk datang ke profesional yang diasumsikan oleh diri sendiri. “Pertolongan itu ada. Kita hanya perlu mengizinkan diri kita ditolong. It’s ok to sick for help,” ujar dr. Jiemi.***(hops)

VIDEO REKOMENDASI:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

REDAKSI: JL. MINANGKABAU TIMUR NO. 19 A, KEL. PS. MANGGIS, KEC. SETIABUDI KOTA JAKARTA SELATAN - WA: 0856 9118 1460  
EMAIL: [email protected]
NKRIPOSTCO ©Copyright 2024 | All Right Reserved