NKRIPOST

NKRIPOST – VOX POPULI PRO PATRIA

Diduga Kurang Responsif Menanggapi Keluhan, Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Di Geruduk Orang Tua Murid

Listen to this article

Diterbitkan Senin, 13 Desember, 2021 by NKRIPOST

Orang Tua Swa Ika Saat mendatangi Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah

NKRIPOST, SUMUT/MEDAN – Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah beralamat di Jln Setia Budi No.191 Tanjung Rejo Kecamatan Sunggal Kota Medan Sumatera Utara, pada Sabtu (11/12/2021) didatangi orang tua murid karena merasa kecewa dan tidak puas atas perlakuan dan dari pihak pengajar dan Kepala Sekolah terhadap anaknya.

Orang tua murid atas nama Swa Ika kepada awak media saat ditemui di halaman Sekolah Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA), Sabtu (11/12) Pukul 12.30 WIB menjelaskan dirinya sangat kecewa atas pernyataan dan sikap Kepala Sekolah YPSA yang mengatakan kalau tidak mau tatap muka 3 x seminggu, silahkan tarik anak Bapak dari YPSA.

Menurut Swa Ika, bahwa kehadirannya ke sekolah YPSA hanya mempertanyakan sampai kapan bisa tatap muka setiap hari dan sudah setuju. Namun Kepala Sekolah salah pengertian dan dianggap pertanyaan tersebut tidak mau mengikuti aturan sekolah.

“Pernyataan seperti itu sebagai orang tua wajar saja tersinggung atas respon pihak sekolah , karena sebagai orang tua murid tentu ada hak untuk bertanya dimana anak kami belajar,”katanya.

Swa Ika menjelaskan kejadian ini sebenarnya berawal dari dampak pandemi yang menyebabkan anak saya yang berusia 4 Tahun sudah terlanjur mendaftar Play group di YPSA tidak dapat masuk sekolah.

Seiring dengan bertambahnya usia, kami upgrade ke kelas TK. Beberapa waktu kemudian, kegiatan belajar baru bisa diselenggarakan dengan cara daring melalui aplikasi zoom.

“Namun tidak semua anak seusia TK dapat memahami dan mengikuti zoom dengan tertib walaupun sudah didampingi orang tua,”ungkapnya.

 

Ia menyebutkan bahwa ketidak hadiran murid inisial KSAD (anak Swa Ika) dalam zoom untuk waktu yang cukup lama tidak pernah dipertanyakan oleh guru atau wali kelas (lepas dari pantauan).

Lebih lanjut, Swa Ika menceritakan karena tidak ada solusi dari pihak sekolah, dirinya meminta bertemu dengan pihak Yayasan yang pada saat itu diwakili oleh pak Rudi Sumartono dari Bagian Humas. Pada pertemuan itu ada kesepakatan dan izin yang di berikan oleh Bapak Rudi Sumartono dari pihak Humas. Akhirnya KSAD di izinkan untuk hadir setiap hari di sekolah dengan maksud mengejar ketertinggalan pelajaran saat tidak bisa ikut zoom.

 

Seiring berjalannya waktu, Swa Ika sebagai orang tua dari KSAD keberatan dengan tindakan wali kelas yang tidak profesional dalam menyampaikan laporan setiap ada kejadian di sekolah.

 

“Seandainya anak saya jahil ataupun hiper aktif, namanya anak usia 4 tahun loh, masih Balita, dan mereka kan juga harusnya profesional sebagai tenaga pendidik. Tentu tidak setiap tindakan anak di adukan dengan bahasa hiperbolic tanpa disaring yang pada akhirnya menjadi bahan ghibah orang tua murid yang lain, kan ini berdampak kepada psikologis dan mental anak saya,” bebernya.

 

Menurut Swa Ika bahwa kejadian – kejadian yang terjadi di sekolah hanyalah hal yang biasa, karena anaknya masih berumur sekitar 4 tahun

“Karena dari awal saya memilih sekolah Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA) karena nuansa keagamaan dan saya ingin anak saya ini di didik akhlak ilmu, maupun karakternya secara keagamaan,” jelasnya.

Akhirnya, atas kejadian ini kata Swa Ika dirinya dipanggil oleh pihak sekolah, tetapi cara penyampaian Psikolog sekolah kepada kami lebih bersifat interogatif dan bukannya pendekatan konsultatif seolah-olah anak saya ini dianggap salah.

Swa Ika meminta kepada sekolah untuk mengembalikan dana yang sudah dibayarkan ke pihak YPSA, karena Swa Ika sudah merasa diusir, dalam hal ini bukan mereka yang menarik diri dari YPSA.

Swa Ika mengatakan merasa terkejut, ketika menjemput anaknya dari sekolah, karena mendapat laporan dari pengasuh anaknya bahwa KSAD tidak diperbolehkan masuk kelas, dan harus menunggu di luar atau didalam ruangan tertentu. Padahal surat pengajuan pengembalian dana belum disampaikan dan dananya juga belum dikembalikan.

 

Swa Ika menambahkan akan mendatangi kembali sekolah hari Senin, tanggal 13 Desember 2021. Namun kehadiran nanti akan memberikan surat kepada Pembina dan Ketua YPSA, Karena Swa Ika yakin bahwa pernyataan dari Kepala sekolah tidak sejalan dan sepengetahuan pihak pembina maupun Ketua Yayasan.

 

Dikesempatan yang sama, pihak sekolah melalui Kepala Sekolah Ade Muthia Nainggolan,S.Pd, didampingi bagian humas, Rudi Sumarto dan Wakil kepala sekolah serta lainnya memberikan penjelasan bahwa pihaknya memanggil orang tua KSAD karena anaknya melakukan pemukulan dengan teman-temannya, bukan hanya teman yang satu mungkin ada beberapa teman lain yang melakukan pembalasan tapi ini anaknya diam dan spesial kebutuhan khusus tidak pernah mengganggu teman.

Kepala Sekolah, Ade Muthia Nainggolan membenarkan bahwa dirinya mengatakan “kalau bapak tidak bisa mengikuti peraturan kita, silakan tarik anak bapak.”

Ade Muthia Nainggolan merasa kaget ketika orang tua yang sudah tidak mau diajak kerja sama, namun pagi – pagi sudah datang ke sekolah.

“Anaknya, saya ajak konsultasi ke psikolog, saya ajak jalan-jalan ke Raz Garden “pungkas Ade.(MSLoan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

REDAKSI: JL. MINANGKABAU TIMUR NO. 19 A, KEL. PS. MANGGIS, KEC. SETIABUDI KOTA JAKARTA SELATAN - WA: 0856 9118 1460  
EMAIL: [email protected]
NKRIPOSTCO ©Copyright 2024 | All Right Reserved