Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Diterbitkan Senin, 14 Desember, 2020 by NKRIPOST
Tinjauan Asal Usul Filsafat
Bagian II
NKRI – POST – Philosophia (Filsafat) secara harfiah artinya mencintai kebijaksanaan. Kata Philosophia juga di kenal dalam bahasa Inggris, yaitu Wisdom. Berdasarkan makna kata itu maka mempelajari filsafat berarti upaya manusia mencari kebijaksanaan hidup, harapannya mampu menjadi konsep yang bermanfaat bagi peradaban manusia.
“Istilah filsafat bahasa Yunani (philosophia), tersusun dari kata philos artinya cinta atau philia artinya persahabatan (tertarik kepada) dan kata sophos artinya kebijaksanaan (pengetahuan, ketrampilan, pengalaman praktis, inteligensi)”, jelas bung Renhand menyutir Kamus Filsafat. Bagus, 1996:242.
Suatu Ilmu Pengetahuan bijaksana akan mengantarkan seseorang mencapai mendekati kebenaran. Orang mencintai ilmu pengetahuan bijaksana adalah orang mencintai kebenaran.
“Cinta kebenaran adalah karakteristik dari setiap filsuf dari dahulu sampai sekarang. Filsuf dalam mencari kebijaksanaan, mempergunakan cara berpikir yang sedalam-dalamnya”, tambah bung Reinhard.
Artinya Ilmu Filsafat sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan sebagai ilmu pengetahuan paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati fakta kesempurnaan.
“Pertama kali digunakan istilah ‘philosophos’ oleh Pythagoras (572 -497 SM) untuk menunjukkan dirinya
sebagai pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom), bukan untuk kebijaksanaan itu sendiri.
Selain Phytagoras, filsuf-filsuf lain juga memberikan pengertian filsafat yang berbeda-beda. Karena filsuf-filsuf mengartikan berbeda-beda maka filsafat pun banyak arti. Karena Kapan, bagaimana, saat, menggapa, untuk apa, filsuf-filsuf menggunakannya.
Paham dululah pengertian ilmu Pengetahuan Filsafat menurut Filsuf-filsuf, yaitu antara lain:
Pythagoras (572-497 SM) menganggap dunia sebagai harmoni sempurna (jalani hidup harmonis). Di kutip dari Athens Insiders, orang pertama menjabarkan Bumi bulat. Seorang ahli matematika terkenal ciptakan Teorema Pythagoras, (perhitungan kunci geometri), tapi Pythagoras berpengaruh filsafat modern.
Plato (427-347 SM) mengatakan, Ilmu Filsafat itu segala ilmu pengetahuan yang ada dan digunakan mencapai kebenaran asli;
Aristoteles (384-322 SM) menyebutkan. Ilmu Filsafat itu ilmu pengetahuan kebenaran, didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda);
Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) mengartikan. ilmu Filsafat, ilmu pengetahuan segala sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya;
Immanuel Kant (1724-1804) menjelaskan. Ilmu Filsafat itu ilmu pengetahuan pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup didalamnya empat persoalan, yaitu: apakah yang dapat kita ketahui? (di jawab oleh metafisika), apakah yang dapat kita kerjakan? (di jawab oleh etika), sampai dimanakah pengharapan kita? (di jawab oleh antropologi).
Secara umum, Filsafat adalah ilmu pengetahuan berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran”, dijabarkan oleh pembimbing Universitas Darma Agung.
Berdasarkan pengertian umum ini, ciri-ciri filsafat dapat disebut sebagai usaha berpikir radikal (mengakar), menyeluruh dan integral ataupun dapat dikatakan sebagai cara berpikir mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Sejak kemunculannya di Yunani lalu. Ilmu pengetahuan ini perkembangannya sangat pesat, kemudian kedudukan filsafat di kenal sebagai The Mother of Science (Induk Ilmu Pengetahuan).
“Artinya muaranya Ilmu Filsafat bagi ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pengetahuan bersifat positivistik, seperti ilmu komunikasi dan teknologi informasi baru-baru saja muncul dalam era kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi (IPTEK) saat ini.
BERITA TERKAIT:
Demikian pula, dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lain. Ilmu Filsafat suatu kegiatan intelektual yang metodis dan sistematis, namun lebih menekankan aspek reflektif dalam menangkap makna yang hakiki dari segala sesuatu pokok masalahnya.
Di dalam Kamus Filsafat Lorens Bagus – Hard Cover, (1996: 242) mengartikan filsafat sebagai sebuah pencarian. Masih menurut Bagus (1996: 242-243), Beranjak dari arti harfiah filsafat sebagai cinta akan kebijaksanaan artinya manusia tidak pernah memiliki secara sempurna menunjukkan pengertian menyeluruh tentang segala sesuatu yang di maksud kebijaksanaan, namun terus-menerus harus mengejarnya mendekati kesempurnaan untuk pencapaian makna kebijaksanaan tersebut”, jelasnya.
Berkaitan dilakukannya, filsafat adalah pengetahuan yang dimiliki rasio manusia guna menembus dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat menggumuli seluruh realitas, dinamika, aspek-aspek peran manusia atas manusia lainnya tetapi teristimewa eksistensi dan tujuan manusia itu.
“Ilmu Pengetahuan Filsafat di dalam pengertian sebagai alat untuk menembus dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat memiliki empat cabang utama keilmuan (ilmu pengetahuan), yaitu:
1) Metafisika; cabang filsafat mempelajari asal mula segala sesuatu yang-ada dan yang-mungkin-ada. Metafisika terdiri atas metafisika umum selanjutnya disebut ontologi, yaitu ilmu membahas segala sesuatu yang-ada dan metafisika khusus yang terbagi dalam teodesi membahas adanya Tuhan, kosmologi membahas adanya alam semesta dan antropologi metafisik membahas adanya manusia.
2) Epistemologi; cabang filsafat mempelajari seluk beluk ilmu pengetahuan. Dalam epistemologi, terkandung
pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang ilmu pengetahuan. Seperti kriteria apa yang dapat memuaskan kita untuk mengungkapkan kebenaran, apakah sesuatu kita percaya dapat diketahui dan apa dimaksudkan oleh suatu pernyataan di anggap benar.
3) Aksiologi; cabang filsafat menelusuri hakikat nilai. Dalam aksiologi terdapat etika membahas hakikat nilai baik-buruk dan estetika membahas nilai-nilai keindahan (kebaikan). Dalam etika itu, dipelajari dasar-dasar benar salah dan baik-buruk dengan pertimbangan-pertimbangan moral secara fundamental dan praktis. Sedangkan dalam estetika, dipelajari kriteria-kriteria mengantarkan sesuatu dapat di sebut indah.
4) Logika; cabang filsafat memuat aturan-aturan berpikir rasional. Logika mengajarkan manusia untuk menelusuri struktur-struktur argumen mengandung kebenaran atau menggali secara optimal pengetahuan manusia berdasarkan bukti-buktinya. Logika alat utama bagi para filsuf digunakan meluruskan pertimbangan-pertimbangan rasional mereka dan untuk menemukan kebenaran dari problem-problem kefilsafatan”, pungkas Cand Dr. Reimhard Hutapea MSi. Pengasuh Jurusan Pemerintahan/Komunikasi, Fisipol UDA (Universitas Darma Agung). Bersambung….. (AW).
BACA JUGA :
Pentingnya Pancasila Sebagai Dasar Bersosialisasi Bagi Siswa
Partogi Samosir: Pancasila Satu-Satunya Ideologi yang Mampu Mempersatukan Bangsa Indonesia Jadi NKRI