Archangels Hendrik Meo Tnunay Raih Juara Dunia Kompetisi Matematika, Keterbatasan Ekonomi Bukan Penghalang
Diterbitkan Minggu, 22 Januari, 2023 by NKRIPOST
NKRIPOST.co Kupang/NTT – Caesar Archangels Hendrik Meo Tnunay sapaan akrab Nono, bocah kelas 2 SD anak dari keluarga tidak mampu asal Desa Retraen, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang mengharumkan nama NTT dan Indonesia. Ia berhasil meraih juara dunia kompetisi matematika.
Keterbatasan ekonomi tidak membuat Nono untuk belajar demi mencapai hasil yang di harapkan. Kemauan dan niat belajarnya membuahkan hasil.
Menurut pengakuan orang tuanya, keseharian Nono setiap bangun pagi sempatkan diri untuk belajar sebelum berangkat ke sekolah.
Dari kebiasaan inilah mejadi pedoman Kecepatan untuk menghitung serta mengasah otaknya untuk berpikir lebih jenius.
Semua itu tentu banyak bimbingan langsung oleh orang tua dalam hal ini Ayahnya sendiri. Sistem ajarannya menyebut angka sambil mengetik, sementara Nono hanya menggunakan tangan dan langsung menyebutkan hasil hitungan sesuai dengan hitungan kalkulator Ayahnya
Sehingga saat diberi kesempatan mengikuti kompetisi matematika tingkat dunia dalam ajang Internasional Abacus World Competition Brain 2022, Nono keluar sebagai pemenang mengalahkan tujuh ribu peserta dari berbagai negara.
Ayah nono, merasa bangga dan terus mengasah kemampuan anaknya. Apa yang sudah di ajarkan akan menjadi motivasi bagi Nono dan semua anak -anak sekolah untuk belajar dari kisah hidupnya Nono.
BACA JUGA:
Potret Dunia Pendidikan Di Kota Atambua Kabupaten Belu NTT
Pembelajaran Unik, TK. Tegas Mandiri Jorong Gaduang Nagari Surian Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok
Potret Dunia Pendidikan Dasar di TTS, Berdinding Pelepah Beratap Alang-alang
Menurut Ayahnya, sebelum Nono, ke sekolah selalu mengajarkan hitungan & cara yang sama untuk mengasah otak lebih tajam.
“Sebelum ke sekolah kalau ada waktu saya ajarkan seperti tadi,” ucap ayahnya, Sabtu (21/1/2023).
Setiap harinya nono selalu diantar ayahnya dengan motor ke sekolah dengan jarak rumah ke sekolah sejauh kurang lebih 4 kilometer. Ayahnya kemudian kembali ke aktivitasnya sebagai seorang petani. *Lau Kaza*