Belasan Calon Petahana di NTT Rontok Di Pilkada Serentak 2024
Diterbitkan Sabtu, 30 November, 2024 by NKRIPOST
NKRIPOST BELU – Sebanyak empat belas (14) calon kepala daerah petahana yang bertarung dalam pilkada kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) gagal mempertahankan kekuasaan. Angka ini lebih dari separuh kabupaten/kota di NTT yang berjumlah 22.
Petahana yang rontok antara lain di pilkada Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Rote Ndao, Belu, Malaka, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Lembata, Flores Timur, Sikka, Nagekeo, Ende, Ngada, dan Sumba Timur.
Di Kota Kupang, misalnya, Jefirstson Riwu Kore kalah dari penantangnya, Christian Widodo-Serena Franscies. Dari hasil rekapitulasi sementara, Christian-Serena meraih 65.239 suara atau 36,36 persen. Jefirstson dan pasangannya, Lusia Adinda Dua, meraih meraih 47.213 suara atau 26,31 persen. Pilkada Kota Kupang diikuti lima pasang calon.
Kekalahan Jefirstson kian menegaskan mitos bahwa tak ada calon petahana yang mampu bertahan di Kota Kupang. Dalam sejarah, kota itu belum pernah dipimpin oleh orang yang sama selama dua periode sejak era pilkada langsung.
Di Kabupaten Malaka, petahana Simon Nahak kalah dari Stefanus Bria Seran. Pada pilkada sebelumnya, Simon menumbangkan Stefanus. Kondisi yang sama di Kabupaten Belu di mana Willybrodus Lay menumbangkan Agustinus Taolin. Pada pilkada sebelumnya, Agustinus mengalahkan Willybrodus yang saat itu sebagai calon petahana.
Begitu juga di Kabupaten Flores Timur, Antonius Gege Hadjon tumbang dari penantangnya, Antonius Doni Dihen. Seperti Kota Kupang, calon petahana di Flores Timur selalu tersandung sejak era pilkada langsung pertama kali digelar di sana tahun 2005.
Hukuman rakyat
Marselinus Kono (40), warga Kota Kupang, mengatakan, ia tidak lagi memilih Jefirstson dengan alasan tidak merasakan perubahan berarti selama lima tahun terakhir. Sampah masih berserakan di jalanan dan banyak jalan dalam kondisi rusak. Kono menilai Jefirstson gagal.
”Karena itu, saya ingin pemimpin yang baru dan itu ada dalam diri Christian Widodo. Dia muda dan dia seorang dokter,” kata Kono yang pernah merasakan pengobatan gratis yang dilakukan Christian jauh sebelum masa pilkada.
Ignas Mado (34), warga Flores Timur, juga mengalihkan dukungannya dari Gege ke Doni. Pada pilkada sebelumnya, ia ikut mengantar Gege ke kursi Bupati Flores Timur tetapi kini ia balik badan. Ia menilai, banyak janji Gege tidak terwujud.
Satu hal yang paling mengecewakan adalah lambatnya pembayaran gaji guru berstatus aparatur sipil negara. ”Guru terima gaji selalu terlambat bahkan di atas tanggal 10 setiap bulan,” katanya. Padahal, gaji guru sudah harus dibayar awal bulan.
BACA JUGA:
Gerindra Buka Suara Soal Pilkada Jakarta: Kami Haqqul Yaqin Dua Putaran
Presiden Prabowo Menangis Haru Usai Resmi Naikkan Gaji Guru 1 x Lipat dan Tunjangan Guru Non-ASN
Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Eusabius S Niron, berpendapat, kekalahan petahana merupakan bentuk hukuman masyarakat atas buruknya kinerja petahana selama memimpin daerah. Pilkada menjadi momentum untuk mengevaluasi kepemimpinan yang sedang berjalan.
Menurut Niron, masyarakat akan membandingkan kinerja petahana dengan janji yang diucapkan ketika masa kampanye pada pilkada sebelumnya.
”Masyarakat berprinsip bahwa mereka tidak mau ditipu untuk yang kedua kalinya. Mereka akan memilih calon alternatif,” katanya.
Kekalahan petahana merupakan bentuk hukuman masyarakat atas buruknya kinerja petahana selama memimpin daerah.
Calon petahana, kata Niron, punya modal mempertahankan kekuasaan lewat mobilisasi bantuan sosial dan mengerahkan kekuatan birokrasi. Namun, hal itu tidak bisa menjamin kemenangan karena masyarakat semakin kritis.
Sebanyak 3,9 juta orang terdaftar sebagai pemilih di Provinsi NTT. Mereka menyalurkan hak pilihnya pada 9.877 tempat pemungutan suara yang tersebar di 3.442 desa/kelurahan, 315 kecamatan, dan 22 kabupaten/kota.
Di TPS, mereka memilih pemimpin, termasuk menumbangkan petahana yang dinilai tak amanah. Ini peringatan bagi calon yang terpilih saat ini agar tidak rontok jika maju lagi pada pilkada berikutnya.
Semua kontestan diingatkan pada komitmen pilkada damai yang dideklarasikan sebelum memulai tahapan kampanye..**(Kompas.id)