Pertemuan Bundo Kanduang Se Kecamatan Lareh Sago Halaban, Lestarikan Adat Budaya Minang Kabau
Diterbitkan Kamis, 17 Maret, 2022 by NKRIPOST
NKRI POST Lima Puluh Kota – Para Ibu – ibu Bundo kandung se Kecamatan Lareh Sago Halaban (LSH) Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat menggelar pertemuan rutin bulanan yang dimeriahkan tari persembahan, Minggu (13/2/2022)
Pantauan awak media, pertemuan Ibu – ibu Bundo Kanduang Se kecamatan Lareh Sago Halaban di Nagari Tanjuang Gadang kecamatan Lareh Sago Halaban meskiĀ berjalan Lancar namun sempat di undur.
“Pertemuan ini awalnya kita jadwalkan di mulai jam 9:00 pagi, namun karena lain sesuatu hal, jadwal kita molor dan alhamdulillah tepat jam 10 pagi acara di mulai yang di awali dengan pagelaran tari Persembahan dalam rangka menyambut Tamu undangan dari berbagai Nagari yang ada di kecamatan Lareh Sago Halaban,” Kata Widya Gusmi Erni Ketua Bamus Sekaligus Ketua Bundo Kanduang nagari Tanjuang Gadang.
Kemudian Widya menjelaskan lebih lanjut, pada kegiatan pertemuan para bundo kanduang se Kecamatan Lareh Sago Halaban tersebut di hadiri sejumlah tokoh yang sekaligus menjadi Narasumber pada kegiatan tersebut.
“Narasumber yang memberikan Materi yaitu Yentyawarman Dt Paduko Sati dari Nagari Batu Payuang sekaligus Pengurus LKAAM kabupaten Lima Puluh Kota, kemudian ada Ketua Bundo Kanduang Kecamatan LSH yang kerap di panggil Bundo Mes, ada juga ketua Bundo Kanduang nagari Batu Payuang yaitu Bundo Mislaini Amir, pak Wali nagari Tanjuang Gadang, Wilson Dt, Mangguang beserta Ketua KAN dan beberapa orang Niniak Mamak nagari, sebagai silang nan bapangka, karajo nan bapokok dalam acara ini.” kata Widya Gusmi Erni menjelaskan.
Setelah acara penyambutan rombongan langsung masuk ke ruangan Balai Pertemuan Nagari Tanjuang Gadang, disana duduk tersusun rapi saling berhadapan. kemudian langsung di buka oleh protokol dengan pembacaan Wahyu Illahi, lagu Mas Bundo Kanduang, kata sambutan ketua Bundo Kanduang Nagari Tj Gadang yang dalam hal ini di sampaikan oleh Bundo Widya.
BACA JUGA:
Intip Kunjungan Silaturahmi Badan Musyawarah Lareh Sago Halaban ke Bamus Nagari Lubuak Batingkok
Bupati 50 Kota Lantik Bamus 4 Nagari Di Kecamatan Lareh Sago Halaban
Dalam kata sambutanya Bundo Widya menyampaikan bahwa Pertemuan para Bundo Kanduang tersebut merupakan kegiatan rutin yang digelar setiap bulan di semua Nagari se Kecamatan Lareh Sago Halaban.
“Pertemuan ini berlansung satu bulan sekali dengan tempat bergiliran di delaoan nagari yang ada di kecamatan LSH. dan sekarang giliran nagari kami, dan saya berharap, semoga pertemuan ini akan berkelanjutan, karena saya yakin dengan acara ini kita bisa menjalin silaturahmi dan menambah wawasan kita, khususnya di bidang adat istiadat, dalam rangka melestarikan budaya alam Minang Kabau.”Ujarnya.
“Dan terakhir, saya minta maaf jika sekiranya, dalam penyambutan kami sebagai tuan rumah kurang pantas, “Paek kok indak dalam bari, kuduang kok alun di ukuran” tentunya kami minta maaf yang sebesar – besarnya,”kata widya menutup kata sambutanya.
Setelah itu giliran Wali nagari Tanjuang Gadang, Wilson Dt, Mangguang sebagai pucuak undang juga memberikan sedikit pandangan dan arahan.
“Saya selaku walinagari sangat mengapresiasi kegiatan ibu – ibu Bundo Kanduang, ini merupakan salah satu upaya dalam melestarikan adat kita dan mendidik Re Generasi kita untuk belajar dan mencintai budaya sendiri.”Ujar Wali Nagari.
“Saya berharap tertumpang kepada Dt. Paduko Sati yang dalam hal ini sahabat saya, sebagai pemberi materi, memberikan yang terbaik, sehingga kedatangan kita semua hari ini, ada satu, dua yang bisa kita bawah pulang, yang akan kita sampaikan kepada anak cucu kita.” kata walinagari menimpali.
Selain itu, Wali nagari Tanjuang Gadang juga menyampaikan permohonan maaf jika dalam kegiatan tersebut terdapat kekurangan dalam sambutannya sembari berkomitmen akan mendukung penuh kegiatan tersebut.
“saya juga berharap agar acara ini berkelanjutan, dan saya akan suport dan bantu, apa yang bisa saya bantu, kemudian saya sebagai tuan rumah, juga minta maaf, sekiranya dalam penantian kami kurang berkenan, sekali lagi saya minta maaf,” kata walinagari sambil menutup pembicaraannya.
BACA JUGA:
Deni Asra: DPRD Dan Bupati Kabupaten Limapuluh Kota Solid
Ketua PABPDSI Yantya Warman Dt Paduko Sati Temui Deni Asra S.Si Ketua DPRD Limapuluh Kota, Bahas ini
Kemudian sampailah dengan acara puncak penyuguhan materi yang dalam hal ini di sampaikan oleh Yantyawarman Dt Paduko Sati dengan khas tersendiri menyampaikan dengan pitatah – petitih Minang klasik, memberikan nasehat dan pituah kesemua Ibu – ibu Bundo Kanduang, putih Bunsu dan Rang Mudo, sebagai Re Generaai di masa – masa yang akan datang.
Dalam pituahnya untuk pertemuan kali ini Paduko sati menyampaikan tentang akhlaktullkarimah, cara memandang, cara berbicara dan cara berpakaian serta agar selalu berhati – hati dalam bertindak, pikirkan setiap yang akan di ucapkan, tapi jangan katakan setiap yang terpikir. ” Batolan mangko bajalan, bapikia baru bakato” dengan bahasa khiasan.
Kemudian Ketua Bamus Nagari Batu Payuang, YW. Dt Paduko Sati juga menyinggung masalah Soko, Pisoko dan Sangsoko yang menurut kata adat, ” Kok Soko Jawek Manjawek, Pisoko Turun Temurun, Sang Soko pakai memakai, antara Soko dan Pisoko serta Sang Soko ini merupakan satu kesatuan yang tak bisa di pisahkan, Bak tali tigo sapilin, sintano tungku tigo sajarangan.
Mendengar penjelasan tersebut sebagian hadirin sedikit bingung dan setelah Dt.Paduko Sati menjelaskan lebih lanjut, baru mereka mengangguk – ngangguk sambil tersenyum simpul seakan akan mereka paham dan mengerti apa yang disampaikan Dt Paduko Sati sesuai dengan realitas dalam ke hidupan sehari hari.
Lebih lanjut Dt Paduko Sati Menjelaskan, Arti Soko, yang mana Soko ini adalah gelar bagi datuk / Penghulu yang diwarisi secara turun – temurun, mulo nagari kabalombai, takalo adat ka balingka, sampai ke anak cucu, nan sapayuang sapatogak, nan salingkuang cupak adat dan tidak boleh di pakai pihak lain, yang tidak setali darah / Senasab menurut garis keturunan ibu, dengan gaya bahasa minang yang kental, namun bisa di mengerti dan di pahami oleh hadirin yang hadir, di acara pertemuan tersebut.
Belum sempat terkupas habis, materi yang di suguhkan, namun waktu yang membatasi di tandai Azan Zuhur berkumandang, dan acara terpaksa di cukupkan sampai disitu, banyak yang kecewa, namun apalah daya, terpaksa acara, di lanjutkan di pertemuan selanjutnya pada bulan berikutnya di nagari Halaban dalam kecamatan yang sama dengan acara yang sama pula, dan acara di tutup dengan makan siang bersama , dengan semua ibu – ibu Bundo Kanduang dengan tamu undangan yang hadir.
Soko pakai memakai. antara Soko dan Pisoko serta Sang Soko ini merupakan satu kesatuan yang tak bisa di pisahkan, Bak tali tigo sapilin, sintano tungku tigo sajarangan. dan mendengar penjelasan itu, sebagian hadirin sedikit bingung ,dan setelah Dt.Paduko Sati menjelaskan lebih lanjut, baru mereka mengangguk – ngangguk sambil tersenyum simpul. seakan akan mereka paham dan mengerti apa yang disampaikan Dt Paduko Sati sesuai dengan realitas dalam ke hidupan sehari hari.
Kemudian Dt Paduko Sati Menjelaskan lebih lanjut, Arti Soko, yang mana Soko ini adalah gelar bagi datuk / Penghulu yang diwarisi secara turun – temurun ,mulo nagari kabalombai, takalo adat ka balingka, sampai ke anak cucu, nan sapayuang sapatogak, nan salingkuang cupak adat. dan tidak boleh di pakai pihak lain, yang tidak setali darah / Senasab menurut garis keturunan ibu, dengan gaya bahasa minang yang kental, namun bisa di mengerti dan di pahami oleh hadirin yang hadir, di acara pertemuan tersebut.
Belum sempat terkupas habis, materi yang di suguhkan, namun waktu yang membatasi di tandai Azan Zuhur berkumandang, dan acara terpaksa di cukupkan sampai disitu, banyak yang kecewa, namun apalah daya, terpaksa acara, di lanjutkan di pertemuan selanjutnya yaitu di nagari Halaban ,dalam kecamatan yang sama. dengan acara yang sama pula, dan acara di tutup dengan makan siang bersama , dengan semua ibu – ibu Bundo Kanduang dengan tamu undangan yang hadir.(*)
BACA JUGA:
NKRI POST – TIM